Batu Bara di Ujung Tanduk! 2025 Jadi Titik Balik Energi Global?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pembangkit listrik tenaga fosil, terutama yang berbasis batu bara termal, diprediksi mengalami penurunan signifikan pada 2025. Penurunan ini dipicu oleh peningkatan pesat kapasitas energi terbarukan, yang kini semakin mampu memenuhi permintaan listrik global.

Tren transisi menuju energi hijau telah berdampak langsung pada harga batu bara. Sepanjang 2024, harga komoditas ini mengalami tekanan akibat meningkatnya adopsi energi terbarukan serta perlambatan permintaan industri.

Meski demikian, tantangan besar tetap ada, seperti gelombang panas ekstrem yang dapat mendorong penggunaan listrik lebih tinggi, terutama untuk pendingin udara, yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi batu bara. Selain itu, keterbatasan infrastruktur transmisi masih menjadi kendala dalam optimalisasi energi terbarukan.

Sinyal positif terhadap dekarbonisasi sektor kelistrikan semakin jelas terlihat di China. Negara ini masih mengandalkan batu bara untuk sekitar 60% dari kebutuhan listriknya, namun kini gencar mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Beijing menargetkan emisi karbon nol bersih pada 2060, dengan puncak emisi diperkirakan tercapai sebelum 2030.

Mengutip laporan terbaru dari Reuters, China kembali memecahkan rekor dalam penambahan kapasitas energi baru terbarukan pada 2024. Ini berbanding terbalik dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang baru-baru ini menghapus berbagai regulasi terkait keberlanjutan lingkungan dan menarik kembali AS dari perjanjian iklim Paris.

Komentar