DHL Setop Sementara Kiriman B2C Bernilai Tinggi ke AS, Ini Alasannya

JurnalPatroliNews – Jakarta – Kabar kurang menyenangkan datang bagi pelanggan yang terbiasa mengirim atau menerima barang bernilai tinggi dari luar negeri ke Amerika Serikat. Perusahaan logistik global DHL Express resmi menghentikan sementara layanan pengiriman business to consumer (B2C) untuk barang bernilai lebih dari US$ 800 atau sekitar Rp 13,4 juta, mulai 21 April 2025.

Keputusan ini tak diambil tanpa sebab. Perubahan regulasi dari pihak Bea Cukai AS jadi pemicu utamanya. Kini, setiap barang kiriman yang melebihi ambang nilai US$ 800 harus melalui prosedur kepabeanan yang jauh lebih ketat dan memakan waktu. Sebelumnya, ambang nilai itu berada di angka US$ 2.500—jauh lebih longgar.

Dikutip dari Reuters pada Minggu (20/4/2025), DHL menyatakan bahwa meski pengiriman B2C bernilai tinggi ditangguhkan sementara, layanan pengiriman antar perusahaan (B2B) masih tetap berjalan, meski berpotensi mengalami keterlambatan.

Untuk pengiriman barang dengan nilai di bawah US$ 800, baik kepada bisnis maupun konsumen, DHL memastikan tak ada perubahan layanan.

Langkah penghentian ini, menurut perusahaan, bersifat sementara. DHL juga menegaskan komitmennya untuk tetap mematuhi aturan bea cukai yang berlaku, termasuk untuk rute dari Hong Kong ke Amerika Serikat. Dalam pernyataannya, DHL menyebut akan terus berkoordinasi dengan pelanggan guna membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan yang direncanakan berlaku penuh mulai 2 Mei mendatang.

Kebijakan ini menambah daftar tantangan dalam industri logistik lintas negara, di tengah upaya pengetatan impor oleh pemerintah AS. Bagi pelaku e-commerce lintas batas, terutama yang mengandalkan pasar Amerika, perubahan ini tentu perlu segera diantisipasi.

Komentar