JurnalPatroliNews – Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan tajam dalam dua bulan terakhir, mencatatkan penurunan paling signifikan dalam periode tersebut. Dibandingkan dengan bursa negara lain, IHSG menempati posisi kedua terburuk setelah Thailand.
Faktor utama yang memicu anjloknya IHSG adalah derasnya arus dana asing yang keluar dari pasar modal Indonesia. Selama dua bulan terakhir, aksi jual bersih (net sell) investor asing telah mencapai Rp21,9 triliun. Saham perbankan menjadi sektor yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
Menanggapi situasi ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menjelaskan bahwa tekanan terhadap IHSG tak lepas dari faktor eksternal yang berkembang di pasar global.
Menurutnya, gelombang penjualan saham oleh investor asing mulai terlihat sejak 3 Februari, bertepatan dengan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump yang menandatangani perintah eksekutif terkait tarif impor baru terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Dampaknya, IHSG anjlok hingga 2,54% dalam sehari.
Tak berhenti di situ, pada 6 Februari, Tiongkok merespons kebijakan AS dengan langkah balasan, sementara bank sentral AS, Federal Reserve, mengisyaratkan suku bunga tinggi yang akan bertahan lebih lama. Pada hari itu, aksi jual asing semakin meningkat dengan net sell yang menembus Rp2 triliun.
Penjualan saham oleh investor asing terus berlanjut, diperburuk oleh rebalancing indeks MSCI Indonesia Investable Market Index pada 7 Februari yang menyebabkan beberapa emiten unggulan dikeluarkan dari daftar. Hal ini mendorong IHSG turun 3,29%, dan kembali melemah 2,38% pada 10 Februari.
Pada 11 Februari, Trump kembali menaikkan tarif atas produk aluminium dan baja, semakin memperburuk sentimen pasar. Meskipun investor asing sempat melakukan aksi beli bersih sekitar Rp1 triliun pada 14 Februari, tekanan jual kembali mendominasi dalam jumlah besar setelahnya.
Situasi makin memburuk pada 24 Februari ketika investor asing mencatatkan aksi jual bersih mendekati Rp4 triliun. Sehari setelahnya, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Akibatnya, IHSG kembali terkoreksi hingga 2,52% pada 25 Februari, bersamaan dengan pemberlakuan efektif kebijakan tarif Trump.
Pada 27 Februari, efek dari pemangkasan peringkat oleh Morgan Stanley terus terasa. Ditambah lagi, Trump mengancam akan menerapkan tarif 25% terhadap Uni Eropa, mendorong net sell investor asing hingga lebih dari Rp1 triliun pada hari itu.
Akhir bulan pun ditutup dengan tekanan jual yang tinggi. Pada 28 Februari, aksi jual asing mencapai Rp2,91 triliun, bertepatan dengan pengumuman pemerintah AS mengenai penerapan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada, serta kenaikan tarif untuk barang impor dari Tiongkok.
Dengan kondisi ini, pasar modal Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar akibat ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Komentar