Kenaikan Harga Teh Hitam India dan Sri Lanka Akibat Panas Ekstrem

Penggunaan pestisida juga terbatas karena melanggar regulasi ekspor ke negara-negara seperti Jepang, Eropa, dan AS, sehingga produsen membatasi penggunaannya dan memungkinkan penyakit menyebar.

“Selain hasil panen yang buruk, persediaan dari tahun lalu juga sangat sedikit,” ujar Kazuya Takeda, manajer pemasaran dan perencanaan produk di Mitsui Norin, penjual teh di Jepang. Ia menambahkan, “Permintaan di India sangat tinggi, sehingga pasokan menjadi terbatas.”

Di sisi lain, Sri Lanka, yang juga merupakan produsen teh hitam utama, mengalami penurunan panen dalam beberapa tahun terakhir akibat krisis ekonomi. Kekurangan mata uang asing telah menyulitkan impor pupuk yang memadai, sementara kekurangan dana menghambat penanaman kembali pohon-pohon teh tua yang hasilnya menurun.

“Produksi Sri Lanka membutuhkan waktu untuk pulih,” kata seorang asisten manajer di grup makanan dan minuman Jepang S. Ishimitsu. Pada bulan Oktober, harga lelang rata-rata di Kolombo mencapai sekitar 1.215 rupee Sri Lanka (sekitar Rp65.000) per kilogram, hampir dua kali lipat dari harga pada Oktober 2021 sebelum krisis ekonomi.

Kenaikan harga teh hitam dari Sri Lanka turut mempengaruhi harga teh dari India utara. Keduanya dapat saling menggantikan karena ditanam pada ketinggian yang sama dan memiliki kualitas serupa. Sejak krisis ekonomi melanda Sri Lanka, tanpa adanya harapan peningkatan produksi, banyak importir Barat beralih ke teh dari India utara, menyebabkan harga keduanya bergerak seiring.

Komentar