Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.242 di Tengah Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

JurnalPatroliNews – Jakarta – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menunjukkan penguatan ringan pada perdagangan Kamis sore, 12 Juni 2025, seiring meningkatnya keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan segera menurunkan suku bunga acuannya.

Data dari Bloomberg mencatat bahwa Rupiah ditutup menguat sebesar 17 poin atau naik 0,11 persen ke posisi Rp16.242 per Dolar AS.

Menurut analis dari Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, penguatan mata uang Garuda kali ini dipicu oleh pelemahan nilai Dolar AS yang terjadi usai dirilisnya data inflasi konsumen AS yang lebih rendah dari proyeksi.

“Rupiah menguat karena Dolar AS melemah menyusul laporan inflasi konsumen yang menunjukkan angka di bawah ekspektasi pasar,” jelas Nanang dalam pernyataannya pada Kamis.

Nanang menambahkan, saat ini investor sedang mengalihkan perhatian mereka ke data inflasi produsen AS yang akan segera diumumkan. Harapannya, data tersebut juga akan mencerminkan tren serupa dengan data inflasi konsumen yang mengecewakan pasar.

“Fokus selanjutnya tertuju pada rilis inflasi produsen. Walau ada potensi kenaikan, pelaku pasar cenderung memperkirakan hasilnya tetap lebih rendah dari ekspektasi, seperti data sebelumnya,” ungkapnya.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap aktif menjaga kestabilan Rupiah, terutama menjelang Rapat Dewan Gubernur BI yang direncanakan berlangsung pada 19–20 Juni mendatang.

Nanang memperkirakan nilai tukar Rupiah bisa terus menguat ke level sekitar Rp16.200 jika dukungan teknikal dan sentimen global tetap berpihak. Namun, level resisten saat ini berada di kisaran Rp16.300.

Ia juga menyoroti potensi tambahan penguatan Rupiah yang bisa muncul apabila terjadi arus masuk modal asing dan intervensi berkelanjutan dari BI di pasar valas.

Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati laporan penjualan ritel Indonesia untuk April, yang diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan dari sebelumnya 5,5 persen menjadi 2,1 persen.

Komentar