Strategi Bertahan di Tengah Guncangan Ekonomi: Bangun Fondasi Finansial yang Kuat

JurnalPatroliNews – Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus berkembang, memiliki pondasi keuangan yang tangguh menjadi sangat krusial agar individu tidak terjerumus ke dalam kesulitan finansial.

Melvin Mumpuni, seorang Perencana Keuangan Tersertifikasi sekaligus pendiri Finansialku.com, menekankan bahwa sebelum seseorang mulai mengejar keuntungan dari investasi, mereka sebaiknya memastikan kondisi keuangan dasarnya sudah kokoh.

“Ini hal mendasar tapi sering diabaikan. Banyak orang buru-buru investasi padahal kondisi keuangannya belum siap. Ibarat bangunan, kalau pondasinya rapuh, tidak akan tahan guncangan,” ujar Melvin dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025.

Menurut Melvin, langkah pertama dalam memperkuat fondasi keuangan adalah memastikan bahwa penghasilan bulanan selalu melebihi jumlah pengeluaran, dan sebaiknya tidak hanya bergantung pada satu sumber pemasukan.

“Diversifikasi pendapatan itu penting. Jadi, selain gaji atau keuntungan dari bisnis utama, ada baiknya punya income tambahan,” jelasnya.

Langkah berikutnya adalah menyiapkan dana darurat. Melvin menyarankan agar cadangan dana tersebut setidaknya mencakup enam hingga dua belas kali pengeluaran rutin bulanan. Dana ini berguna sebagai bantalan ketika menghadapi krisis seperti kehilangan pekerjaan atau musibah tak terduga.

“Biasanya di Indonesia, orang yang terkena PHK bisa butuh waktu sekitar empat bulan untuk kembali mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu, dana darurat sangat esensial,” lanjutnya.

Melvin juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara jumlah aset dan kewajiban utang. Idealnya, nilai kekayaan bersih seseorang harus lebih besar dibandingkan beban utangnya.

“Hindari utang konsumtif sebisa mungkin. Kalau sudah punya, fokus untuk segera melunasinya,” kata dia.

Tak hanya itu, perlindungan finansial melalui asuransi juga tak boleh diabaikan, terutama bagi mereka yang telah memasuki usia 30 tahun ke atas. Menurut Melvin, meskipun asuransi kesehatan seperti BPJS dapat menanggung biaya perawatan, ancaman terbesar justru datang dari hilangnya pendapatan jika seseorang mengalami penyakit berat yang berkepanjangan.

“Kalau sakit keras sampai nggak bisa kerja, siapa yang akan mencukupi kebutuhan keluarga? Cicilan tetap harus dibayar, dan anak tetap perlu sekolah. Di sinilah pentingnya asuransi penyakit kritis,” tegasnya.

Selain perlindungan kesehatan, asuransi jiwa juga sangat vital. Hal ini akan memastikan keluarga tetap memiliki aliran dana jika pencari nafkah utama berpulang.

“Kalau yang menanggung hidup keluarga meninggal dunia, pemasukan harus tetap ada supaya kehidupan mereka tidak terguncang,” tutup Melvin.

Komentar