Edukasi terkait bahaya rabies juga disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada. Ia menginformasikan, Bali sangat rawan terhadap rabies karena tingginya populasi anjing yang saat ini jumlahnya telah mencapai 650 ribu ekor.
Ia mencatat, kasus gigitan anjing di Bali juga relatif tinggi yaitu pada tahun 2023 telah mencapai 3.400 gigitan. “Diantara jumlah gigitan itu, 72 positif rabies. Bahkan, di Jembrana sudah ada satu korban jiwa,” tuturnya.
Oleh sebab itu, pihaknya konsen melakukan berbagai upaya pencegahan rabies. Upaya yang ditempuh antara lain melalui gebyar vaksinasi rabies untuk anjing peliharaan maupun anjing liar.
Tidak hanya itu, pemerintah juga telah membentuk tim siaga rabies di tingkat desa guna mempercepat vaksin serta mengedukasi masyarakat agar tidak melepasliarkan binatang peliharaan serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika digigit anjing atau hewan berdarah panas yang berpotensi menularkan rabies. Ia sangat berharap, Daerah Bali bisa segera terbebas dari penyakit rabies.
Selanjutnya Kadis KLH Provinsi Bali I Made Teja menyampaikan edukasi tentang pentingnya gerakan menjaga kelestarian hutan. Ia menyebut, menjaga kawasan hutan sangat penting dilakukan karena perannya yang sangat strategis.
Selain itu, ia juga mendorong terwujudnya pengelolaan sampah berbasis sumber di masing-masing desa. Ia menilai, gerakan peduli lingkungan di kawasan Asahduren dan Jembrana umumnya sudah semakin baik.
Komentar