Desa Wisata Menarik di Daerah Buleleng

JurnalPatroliNews Buleleng – Buleleng di Bali memiliki budaya yang harus dilestarikan. Sebagai WNI kita patut turut ambil bagian secara aktif, seperti apa?

Mengutip situs dinas kebudayaan Pemkab Buleleng, keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia.

Sebagai masyarakat yang cinta negara, kita patut menjaga dan melestarikan budaya lokal yang ada.

Apa saja yang bisa dilakukan untuk turut melestarikan warisan budaya Buleleng?
1. Masyarakat mau mempelajari budaya baik hanya sekedar mengenal, maupun ikut mempraktikkannya dalam kehidupan.
2. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan
3. Mengajarkan kebudayaan pada generasi penerus agar tidak musnah dan tetap dapat bertahan
4. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya lain.
5. Mempraktikkan penggunaan budaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya berbahasa
6. Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan budaya yang dimiliki
7. Ajarkan budaya kepada orang lain.

Nah, kabupaten Buleleng yang berlokasi di Bali Utara mempunyai banyak kebudayaan serta seni tari, salah satunya tari Karuna Jaya. Untuk melestarikan tari tersebut sebelum pandemi, pagelaran dilakukan untuk memperkenalkan budaya dan seni tari pada wisatawan.

Sementara itu, desa wisata yang bisa didatangi di Buleleng adalah Desa Wisata Les.

Mengutip Jejaring Desa Wisata Kemenparekraf, Desa Wisata Les memiliki potensi berupa air terjun, wisata agro berupa buah-buahan, cagar budaya dan kompleks pura. Selain itu, ada juga makanan khas lokal, seni tradisional, coral farming dan atraksi bahari lainnya.

Ada juga Desa Wisata Julah yang tergolong masih sangat kental dan mampu memelihara warisan adat dan budaya leluhur dari ribuan tahun silam. Lokasinya berada di Kecamatan Tejakula, Kabupayem Buleleng, Bali.

Wisatawan juga bisa berkunjung ke beberapa sentra pembuatan kain tenun yang dikelola masyarakat lokal di desa yang berjarak sekitar 30 meter dari kota Singaraja. Traveler bisa merasakan suasana Bali tempo dulu dengan beberapa bangunan tua yang bercirikan Bali seutuhnya. (*/TiR).

Komentar