Akibat Pandemi Ada yang Minta Disuntik, Saran Pengusaha Ke Pemerintah : Cetak Duit Ketimbang Tambah Utang

JurnalPatroliNews – Jakarta – Sektor pariwisata menjadi yang paling terpuruk akibat pandemi COVID-19. Untuk membantu sektor ini segera pulih, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Pariwisata Kosmian Pudjadi berharap pemerintah bisa menambah suntikan dana kepada para lini bisnis di dalam sektor ini.

Ia menyarankan agar pemerintah dapat memberikan uang segar (fresh money) dengan cara mencetak uang bukan lagi restrukturisasi utang.

“Untuk mengganti dana yang hilang tersebut. Kami mengusulkan cetak uang itu dilakukan semua negara bukan bikin utang baru, cetak uang karena sifatnya mengganti uang yang hilang,” kata Kosmian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI, Selasa (14/7/2020).

Seperti diketahui, sektor pariwisata mulai dari penerbangan hingga penginapan, benar-benar terpukul akibat pandemi COVID-19. Pengusaha hotel, losmen, vila, dan sejenisnya kini berusaha bertahan dengan berbagai cara. Meski sudah mulai beroperasi di masa transisi ini, pertumbuhannya tidak seberapa bahkan belum semua bisa operasional seperti biasanya.

Demi membantu pemulihan sektor pariwisata, berbagai tambahan stimulus sangat dibutuhkan. Terutama stimulus pendanaan dengan cara mencetak uang tadi sehingga pemerintah bisa menyerahkan suntikan dana melalui bank kepada pengusaha. Dengan mencetak uang, bunga pinjaman dari bank bisa ditekan menjadi 0% sehingga pengusaha bisa mencicil pokok utangnya dengan lancar.

“Kami harapkan pemerintah memberi bantuan bunga, sehingga bunga 0%, sehingga kita menyicil pokoknya, sehingga utang kita turun,” tambahnya.

Adapun total stimulus pendanaan yang dibutuhkan sektor pariwisata adalah sebesar US$ 15 miliar atau Rp 210 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS). Dana itu dibutuhkan untuk menggantikan potensi dana yang hilang dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

Kosmian menyatakan kunjungan wisman berpotensi anjlok hingga 12 juta kunjungan sepanjang tahun ini jika kasus penularan virus corona terus meningkat hingga akhir tahun. Jika itu benar-benar terjadi, maka jumlah kunjungan wisman yang tahun lalu mencapai 16 juta bisa anjlok tinggal 4 juta kunjungan.

Lalu, industri pariwisata juga membutuhkan pendanaan tambahan sebesar Rp 300 triliun. Dana itu untuk menutupi potensi dana yang hilang dari kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) tahun ini.

“Jika situasi ini berlangsung hingga Desember 2020 kerugian wisatawan nusantara akan turun 75%,” tambahnya.

Stimulus lainnya yang dibutuhkan adalah stimulus buyout kamar hotel dan stimulus promosi. Caranya pemerintah menyiapkan dana khusus untuk kementerian/lembaga, pemerintah daerah (pemda), dan perusahaan swasta untuk menyelenggarakan melakukan acara di hotel dan tempat tujuan wisata. Dengan anggaran khusus itu, kementerian/lembaga, pemda, hingga sektor swasta terdorong untuk melakukan rapat di hotel dan kunjungan kerja ke luar kota.

“Jadi ada agenda setengah hari ibu-ibu ke tempat wisata, kuliner, dan belanja souvenir di daerah,” tutupnya.(lk/*)

Jakarta – Sektor pariwisata menjadi yang paling terpuruk akibat pandemi COVID-19. Untuk membantu sektor ini segera pulih, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Pariwisata Kosmian Pudjadi berharap pemerintah bisa menambah suntikan dana kepada para lini bisnis di dalam sektor ini.

Ia menyarankan agar pemerintah dapat memberikan uang segar (fresh money) dengan cara mencetak uang bukan lagi restrukturisasi utang.

“Untuk mengganti dana yang hilang tersebut. Kami mengusulkan cetak uang itu dilakukan semua negara bukan bikin utang baru, cetak uang karena sifatnya mengganti uang yang hilang,” kata Kosmian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI, Selasa (14/7/2020).

Seperti diketahui, sektor pariwisata mulai dari penerbangan hingga penginapan, benar-benar terpukul akibat pandemi COVID-19. Pengusaha hotel, losmen, vila, dan sejenisnya kini berusaha bertahan dengan berbagai cara. Meski sudah mulai beroperasi di masa transisi ini, pertumbuhannya tidak seberapa bahkan belum semua bisa operasional seperti biasanya.

Demi membantu pemulihan sektor pariwisata, berbagai tambahan stimulus sangat dibutuhkan. Terutama stimulus pendanaan dengan cara mencetak uang tadi sehingga pemerintah bisa menyerahkan suntikan dana melalui bank kepada pengusaha. Dengan mencetak uang, bunga pinjaman dari bank bisa ditekan menjadi 0% sehingga pengusaha bisa mencicil pokok utangnya dengan lancar.

“Kami harapkan pemerintah memberi bantuan bunga, sehingga bunga 0%, sehingga kita menyicil pokoknya, sehingga utang kita turun,” tambahnya.

Adapun total stimulus pendanaan yang dibutuhkan sektor pariwisata adalah sebesar US$ 15 miliar atau Rp 210 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS). Dana itu dibutuhkan untuk menggantikan potensi dana yang hilang dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

Kosmian menyatakan kunjungan wisman berpotensi anjlok hingga 12 juta kunjungan sepanjang tahun ini jika kasus penularan virus corona terus meningkat hingga akhir tahun. Jika itu benar-benar terjadi, maka jumlah kunjungan wisman yang tahun lalu mencapai 16 juta bisa anjlok tinggal 4 juta kunjungan.

Lalu, industri pariwisata juga membutuhkan pendanaan tambahan sebesar Rp 300 triliun. Dana itu untuk menutupi potensi dana yang hilang dari kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) tahun ini.

“Jika situasi ini berlangsung hingga Desember 2020 kerugian wisatawan nusantara akan turun 75%,” tambahnya.

Stimulus lainnya yang dibutuhkan adalah stimulus buyout kamar hotel dan stimulus promosi. Caranya pemerintah menyiapkan dana khusus untuk kementerian/lembaga, pemerintah daerah (pemda), dan perusahaan swasta untuk menyelenggarakan melakukan acara di hotel dan tempat tujuan wisata. Dengan anggaran khusus itu, kementerian/lembaga, pemda, hingga sektor swasta terdorong untuk melakukan rapat di hotel dan kunjungan kerja ke luar kota.

“Jadi ada agenda setengah hari ibu-ibu ke tempat wisata, kuliner, dan belanja souvenir di daerah,” tutupnya.

(lk/*)

Komentar