Demi Stabilitas dan Kekuatan Ekonomi, China Konsisten Borong Emas Selama Krisis Global

JurnalPatroliNews – Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, China menunjukkan konsistensinya dalam memperkuat cadangan emas nasional. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini dikenal sebagai salah satu pembeli emas paling aktif dalam beberapa dekade terakhir, bahkan di saat gejolak krisis melanda.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Emas dinilai sebagai aset yang relatif aman di tengah fluktuasi nilai tukar dan ketidakstabilan ekonomi. Ketika mata uang melemah atau aset keuangan lain tertekan, harga emas cenderung tetap tangguh sehingga menjadi pelindung nilai yang strategis.

Sebagian besar cadangan devisa China masih berbasis dolar AS. Untuk mengurangi risiko ketergantungan pada mata uang asing, terutama dolar, Beijing secara perlahan menambah porsi emas sebagai bentuk diversifikasi yang lebih stabil dan tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan negara lain.

Tak hanya itu, akumulasi emas dalam jumlah besar memperkuat posisi China di panggung ekonomi dunia. Semakin besar cadangan emas, semakin tinggi pula pengaruh negara tersebut dalam sistem moneter global.

Berikut kilas balik langkah-langkah besar China dalam menimbun emas:

1. Tahun 2009 – Antisipasi Krisis Keuangan Global

Pada 2009, pasca krisis finansial 2008 yang mengguncang dunia, China menambah 454,1 ton emas ke dalam cadangannya. Saat itu, negara ini menghadapi penurunan ekspor dan perlambatan ekonomi yang cukup tajam. Pemerintah meresponsnya dengan stimulus ekonomi masif sekaligus memperkuat cadangan emas nasional.

2. Tahun 2015–2016 – Gejolak Ekonomi Eropa & Pasar Saham Domestik

Krisis utang yang melanda Yunani pada 2015, serta jatuhnya pasar saham China, menjadi pemicu pembelian emas dalam jumlah besar. China membeli 708,2 ton emas pada 2015 dan menambahkan 80,2 ton lagi di tahun berikutnya. Kejatuhan nilai saham hingga US$3 triliun turut memperkuat alasan China berinvestasi pada emas.

3. Tahun 2019 – Menjelang Pandemi Covid-19

Di tahun sebelum pandemi melanda, China kembali menambah cadangan emasnya sebesar 95,8 ton. Langkah ini ternyata strategis, karena setahun kemudian dunia dilanda krisis global akibat Covid-19, yang disebut IMF sebagai “The Great Lockdown.”

4. Tahun 2022–2024 – Ketidakpastian Baru, China Tak Melambat

Kondisi global pascapandemi ternyata tidak membaik. Perang, inflasi ekstrem, serta krisis iklim menjadi latar belakang ketidakpastian ekonomi baru. China tetap aktif membeli emas: 62,2 ton pada 2022, meningkat jadi 224,9 ton pada 2023, dan menambah 44,2 ton lagi pada 2024.

Langkah konsisten ini menunjukkan bahwa emas bukan sekadar aset lindung nilai bagi China, tapi juga instrumen strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi jangka panjang.

Komentar