Harga Minyak Bergolak, Sri Mulyani dan Bahlil Bahas Strategi Ini

JurnalPatroliNews – Jakarta – Dalam suasana penuh ketidakpastian di pasar energi global, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bertandang ke kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Selasa sore (27/5).

Kunjungan tersebut bukan tanpa tujuan — Sri Mulyani hadir dalam agenda Rapat Koordinasi Komite Pengawas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yang dipimpin langsung oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Pertemuan ini menjadi penting mengingat situasi global yang dinamis, terutama terkait anjloknya harga minyak mentah serta ketidakstabilan geopolitik dunia. Dalam pernyataannya, Sri Mulyani menegaskan perlunya langkah adaptif dari SKK Migas di tengah tekanan ekonomi global yang semakin kuat.

“Dengan kondisi pasar global yang tidak stabil dan harga minyak yang tertekan, peran SKK Migas sangat sentral. Tata kelola harus diperkuat, mitigasi risiko diperluas, dan efisiensi terus ditingkatkan,” ujarnya melalui unggahan Instagram resmi @smindrawati, Rabu (28/5).

Ia juga menekankan bahwa penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) masih menjadi kontributor signifikan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu, menjaga produktivitas sektor ini menjadi prioritas strategis.

“Saya berharap SKK Migas bisa mempercepat upaya peningkatan produksi (lifting) migas dan menekan biaya operasional agar penerimaan negara tetap kuat. Ini sangat penting untuk menjaga daya tahan APBN,” tambahnya.

Capaian Produksi Migas Kuartal Pertama 2025

Dalam rapat evaluasi tersebut, Bahlil Lahadalia memaparkan pencapaian lifting migas sepanjang kuartal I 2025. Produksi minyak berhasil menembus angka 580 ribu barel per hari (bph) atau setara 96 persen dari target 605 ribu bph yang ditetapkan dalam APBN.

“Kita memang menargetkan 650 ribu barel, dan hingga kuartal pertama, realisasinya sudah mendekati target, yakni 580 ribu,” ungkap Bahlil kepada media.

Sementara itu, sektor gas justru menunjukkan kinerja yang melampaui ekspektasi. Lifting gas mencapai 122 persen dari proyeksi, mencerminkan efisiensi dan peningkatan produksi yang cukup signifikan.

“Alhamdulillah untuk gas sudah melampaui target. Semoga tren positif ini terus berlanjut hingga akhir tahun,” kata Bahlil.

Adapun total target nasional lifting migas tahun ini adalah 1,61 juta BOEPD (barrel oil equivalent per day), dengan rincian 605 ribu bph untuk minyak dan 1,01 juta BOEPD untuk gas.

Pasar Minyak Global Masih Bergejolak

Di sisi lain, harga minyak dunia menunjukkan pergerakan naik meski belum kembali ke level awal tahun. Harga acuan Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2025 ditutup pada US$ 64,51 per barel, naik tipis 0,65 persen dari sehari sebelumnya. Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga mencatat kenaikan menjadi US$ 61,31.

Namun, secara umum, harga minyak global telah mengalami tren penurunan sejak awal 2025, ketika Brent masih bertengger di atas US$ 80 per barel. Tekanan datang dari berbagai arah, termasuk potensi lonjakan suplai minyak dari Iran jika perjanjian nuklir internasional disepakati, serta spekulasi soal peningkatan produksi dari kelompok OPEC+.

Ketidakpastian ini menjadi tantangan berat bagi negara produsen seperti Indonesia, yang harus menjaga stabilitas fiskal di tengah volatilitas pasar komoditas energi.

Komentar