IRI Indonesia Gelar FGD Bahas Pengembangan Bioekonomi Indonesia, Membangun Masa Depan Berkelanjutan dengan Kearifan Lokal

Ia menyebutkan bahwa antara tahun 1990 hingga 2018, Indonesia telah kehilangan sekitar 33–34 juta hektare hutan. Hal ini berdampak pada rusaknya habitat flora dan fauna, serta berkurangnya kapasitas alam dalam menyediakan oksigen dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Menurut Prof. Dedy, bioekonomi menjadi solusi konkret untuk menjaga kelestarian sumber daya hayati sambil tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ia menekankan perlunya mengintegrasikan kearifan lokal (Indigenous Local Knowledge) dan ilmu pengetahuan modern dalam pemanfaatan sumber daya alam. “Kearifan lokal harus diapresiasi, bukan hanya sebagai pengetahuan tradisional, tetapi juga sebagai sumber inovasi dalam pengembangan produk berbasis hayati,” jelasnya.

Sementara Abdon Nababan, mitra Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA), menegaskan pentingnya penguatan ekonomi berbasis komunitas adat melalui BUMMA.

Dia mengungkapkan, BUMMA diinisiasi sebagai lembaga ekonomi yang mengelola kekayaan masyarakat adat di wilayah adatnya dengan prinsip keberlanjutan dan kemandirian ekonomi.

Pembentukan BUMMA melibatkan 11 langkah, mulai dari menemukan pelopor hingga pengurusan legalitas. Di Papua, BUMMA dibentuk di tingkat suku, dengan Suku Namblong dan Mare sebagai model awal.

Komentar