JurnalPatroliNews – Jakarta – Kondisi industri minyak Indonesia saat ini mengalami perubahan drastis dibandingkan era 1996-1997. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti fakta mencengangkan bahwa lebih dari separuh konsumsi minyak Indonesia justru berasal dari Singapura negara yang tidak memiliki sumber minyak sendiri.
Pada tahun 1996-1997, Indonesia mampu memproduksi sekitar 1,6 juta barel per hari (BPH) dengan konsumsi hanya 600 ribu BPH, sehingga masih bisa mengekspor sekitar 1 juta BPH. Namun, situasi kini berbalik. “Sekarang kita justru mengimpor 1 juta BPH setiap hari. Ini ironi yang memalukan,” ujar Bahlil dalam acara Beritasatu Outlook 2025, dikutip Sabtu (1/2/2025).
Lebih mengejutkan lagi, sekitar 54% minyak yang dikonsumsi Indonesia berasal dari Singapura, meski negara tersebut tidak memiliki sumber minyak sendiri. “Kita ini impor minyak dari negara yang bahkan tidak punya minyak. Dan harganya pun sama dengan minyak dari Timur Tengah. Dunia ini sudah kebalik-balik,” ujarnya dengan nada heran.
Bahlil menegaskan bahwa industri minyak Indonesia menghadapi tantangan serius, terutama terkait pemanfaatan sumur minyak. Dari lebih dari 40 ribu sumur yang ada, hanya sekitar 16 ribu yang masih aktif, sementara sisanya dibiarkan menganggur. “Sebagian besar sumur ini dikuasai oleh Pertamina dan KKKS lain. Tapi kita harus jujur, sumur-sumur kita sudah tua. Usia 75 tahun disuruh lari maraton, ya mampus lah,” katanya dengan nada kritis.
Dengan kondisi ini, Bahlil menekankan pentingnya solusi konkret, seperti optimalisasi sumur-sumur idle, agar Indonesia tidak terus bergantung pada impor minyak dari luar negeri.
Komentar