Kepemimpinan Perempuan Masih Terkendala Sistem Sosial dan Ekonomi yang Diskriminatif

Tantangan lain yang dihadapi perempuan adalah beban ganda, yaitu tanggung jawab domestik yang harus dijalankan bersamaan dengan pekerjaan profesional. Donna Louisa Latief, seorang pengusaha, berbagi pengalaman tentang bagaimana perempuan sering kali harus bekerja lebih keras untuk membuktikan diri di dunia bisnis.

“Kepemimpinan perempuan menghadapi tantangan unik, terutama dalam hal komunikasi dan kolaborasi dengan rekan pria. Namun, ini justru membuka peluang untuk membuktikan bahwa perempuan mampu memimpin dengan integritas dan visi yang jelas,” katanya.

Renata Bulan Siagian, Konsul-Jenderal RI di Hamburg, berbicara tentang perjalanan panjang perempuan di dunia diplomasi. Ia mengangkat realitas yang dihadapi perempuan di dunia diplomasi, sebuah arena yang dulunya didominasi oleh laki-laki.

Renata memulai karier diplomatiknya pada tahun 1994, saat hanya tujuh dari 42 diplomat baru yang diterima di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) adalah perempuan. “Dulu, perempuan di dunia diplomasi sangat minim, bahkan dalam angkatan Bu Retno Marsudi, hanya ada delapan perempuan dari 70 orang,” katanya.

Di masa depan, ia berharap akan ada lebih banyak perempuan yang terinspirasi untuk memasuki dunia diplomasi dan menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing ditingkat global. Diplomasi membutuhkan perspektif yang beragam, dan perempuan memiliki peran kunci dalam memperkaya diskusi dan pengambilan keputusan.

“Perempuan harus saling mendukung dan menjadi inspirasi bagi sesamanya. Dengan solidaritas yang kuat, perempuan dapat membantu membuka jalan bagi generasi berikutnya untuk mengambil peran kepemimpinan,” ungkapnya.

Komentar