Ketimpangan Ekonomi di Indonesia: Unggul dari Brasil, Namun Masih Kalah dari Vietnam

JurnalPatroliNews – Jakarta –  Meskipun ketimpangan pendapatan di Indonesia tidak seburuk Brasil dan Afrika Selatan, negara ini masih menghadapi tantangan dalam menciptakan distribusi ekonomi yang lebih merata.

Berdasarkan data dari Visual Capitalist dan berbagai sumber lainnya, Indonesia memiliki koefisien Gini sebesar 0,38, yang menunjukkan tingkat ketimpangan dalam kategori moderat. Semakin kecil angka koefisien Gini, semakin merata distribusi pendapatan di suatu negara.

Namun, jika dibandingkan dengan Vietnam yang memiliki koefisien Gini 0,35, Indonesia masih tertinggal. Bahkan, jika disandingkan dengan negara-negara Eropa seperti Norwegia (0,27) dan Slovenia (0,24), kesenjangan ekonomi di Indonesia terlihat jauh lebih lebar.

Kesenjangan Ekonomi di Indonesia

Menurut laporan Bank Dunia, Indonesia diklasifikasikan sebagai negara dengan pendapatan menengah bawah, dengan rata-rata pendapatan per kapita sekitar 4.580 dolar AS. Salah satu tantangan yang masih dihadapi adalah tingginya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, meskipun kelas menengah terus bertumbuh.

Saat ini, jumlah kelas menengah di Indonesia diperkirakan mencapai 52 juta jiwa, atau sekitar 20 persen dari total populasi. Namun, angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia (40 persen) dan Thailand (30 persen).

Distribusi kekayaan di Indonesia juga masih timpang. Kelompok 10 persen populasi terkaya menguasai sekitar 30 persen total pendapatan nasional, sedangkan 40 persen kelompok termiskin hanya mendapatkan sekitar 16 persen dari total pendapatan.

Sebagai perbandingan, di Brasil, kelompok 10 persen terkaya menguasai hingga 55 persen pendapatan nasional, sementara di Jerman hanya sebesar 24 persen.

Posisi Indonesia di Kawasan ASEAN dan Dunia

Di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia memiliki tingkat ketimpangan yang lebih baik dibandingkan Filipina yang memiliki koefisien Gini 0,42. Namun, Indonesia masih tertinggal dari Vietnam (0,35) dan Singapura (0,37), yang dikenal memiliki kebijakan pertumbuhan yang lebih inklusif serta sistem pendidikan yang lebih maju.

Selain itu, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia masih lebih lambat dibandingkan Malaysia dan Thailand.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan ketimpangan di Indonesia adalah kesenjangan pendapatan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Rata-rata pendapatan di kota tercatat 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan di desa, mencerminkan ketimpangan ekonomi yang masih signifikan.

Jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia masih memiliki tingkat ketimpangan yang lebih rendah dibandingkan Nigeria (0,43) dan India (0,35). Namun, dalam konteks global, Indonesia masih jauh dari negara-negara Nordik seperti Norwegia dan Slovenia, yang mampu menjaga ketimpangan tetap rendah melalui kebijakan pajak progresif dan sistem perlindungan sosial yang kuat.

4o

Komentar