Mengenal Otto Toto Sugiri, Orang Tajir Melintir Berkat DCII

JurnalPatroliNews – Jakarta, Otto Toto Sugiri, menjadi perhatian para investor karena harga sama emiten yang dimilikinya PT DCI Indonesia Tbk (DCII) terbang tinggi.

Sejak pertama kali melantai pada 2020 lalu, DCII terbang 11.964%. Bahkan emiten lain yang juga dimilikinya PT Indointernet Tbk (EDGE) melesat kencang 409% sejak pertama kali IPO.

Lantas siapakah Otto Toto Sugiri?

Tak banyak investor yang mengenal Pria berkelahiran Bandung yang akrab dengan panggilan Toto ini. Meskipun ternyata memang dirinya merupakan sesepuh di bidang teknologi di Indonesia dan sudah melanglang buana di sektor ini sejak 1989 hingga menjadi pencetus berbagai perusahaan historis.

Toto merupakan pendiri perusahaan pusat data Sigma Cipta Caraka dimana perusahaan saat itu mengembangkan software untuk digunakan bisnis seperti bank untuk mempermudah operasional bisnis tersebut.

Bahkan kliennya tak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. sehingga ketika krisis moneter 1998 menyerang dan perusahaan-perusahaan lain gulung tikar, Sigma tetap mampu bertahan karena memiliki cadangan dolar AS yang cukup.

Di tengah kesibukannya di Sigma, Toto juga sempat mendirikan perusahaan penyedia jasa internet pertama di Indonesia yakni Indonet pada tahun 1995, sebelum akhirnya melantai dengan kode emiten EDGE dan kemudian dijual ke perusahaan Digital Edge Limited asal Hong Kong. Dari penjualan ini, dirinya berhasil meraup hampir Rp 1 triliun.

Namun pada tahun 2007, Toto berpisah dengan perusahaan yang membesarkan namanya ini karena pemerintah melalui Telkom Indonesia ingin mengembangkan sektor teknologi di dalam negeri sehingga mengakuisisi Sigma dan mengubahnya menjadi Telkom Sigma.

Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor teknologi inilah yang disebut-sebut akhirnya meluluhkan hati Toto untuk melepas perusahaanya ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kedua terbesar di Indonesia ini.

Selepas melakukan penjualan Sigma, Toto kembali mendirikan dan mendanai perusahaan teknologi yakni perusahaan data center tier 4 pertama di Indonesia bermodal senilai US$ 200 juta bernama DCI Indonesia yang akhirnya memperkaya Toto triliunan, pasca sahamnya diborong oleh Anthony Salim.

Prospektus IPO DCII menyebutkan produk pendiri perusahaan yakni Otto Toto Sugiri, salah satu tokoh data center dan perusahaan teknologi di Tanah Air.

Dia lahir pada tahun 1953, berkewarganegaraan Indonesia, menjabat sebagai Presiden Direktur DCII.

Dia memperoleh gelar Master di bidang computer engineering dari RWTH Aachen German University, Jerman pada 1980. Mengawali kariernya sebagai IT General Manager PT Bank Bali pada tahun 1983.

Kemudian menjabat sebagai Direktur PT Sigma Cipta Caraka pada tahun 1989 sampai tahun 2010. Dia merupakan pendiri dari PT Indointernet Tbk (EDGE) dan Bali Camp (di bawah PT Sigma Cipta Caraka). Dia mulai bergabung menjadi Komisaris DCII pada tahun 2012 dan menjabat sebagai Presiden Direktur DCII pada tahun 2016 sampai sekarang.

Lalu berapa valuasi sahamnya di DCII?

Per Mei, laporan terbaru menyebutkan Toto masih memegang 712.784.905 atau 29,9%. Dengan harga IPO Rp 420, valuasi awal uangnya hanya Rp 299 miliar. Setelah saham DCII di level Rp 50.250, maka valuasinya melesat menjadi Rp 36 triliun atau setara US$ 2,48 miliar (kurs Rp 14.500, artinya cuannya tembus Rp 35,70 triliun.

Ini belum ditambah dengan penjualan sahamnya sebesar 102.270.449 kepada Salim.

Jika dibandingkan dengan daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes tahun 2020 lalu, dengan kekayaan sebanyak ini, pria berusia 68 tahun ini akan bertengger di peringkat 12, berada di atas Martua Sitorus, taipan perkebunan sawit dengan kekayaan US$ 2 miliar.

Selain di DCII, Toto juga memiliki jumlah saham yang signifikan di Indointernet (EDGE).

Meski begitu jumlah kekayaan Toto dari EDGE tidak sebesar dari DCII, mengingat kapitalisasi pasar EDGE hanya sepersepuluh dari DCII.

Kekayaan dari EDGE ditaksir mencapai Rp 2 triliun atau setara US$ 138,43 juta, dalam bentuk kepemilikan 16,56% saham EDGE yang memiliki kapitalisasi pasar lebih dari Rp 12 triliun.

(cnbc)

Komentar