JurnalPatroliNews – Jakarta – Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, berbicara mengenai kemungkinan arah kebijakan fiskal Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang akan resmi menjabat pada Januari 2025.
Menurutnya, Trump cenderung akan mempertahankan kebijakan fiskal ekspansif, yang diakui oleh para pelaku pasar keuangan, terlihat dari meningkatnya imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun.
Per 5 November 2024, yield US Treasury 10 tahun tercatat mencapai 4,4%, sementara nilai tukar dolar AS terus menguat terhadap mata uang utama lainnya, seperti yang tercermin pada indeks DXY.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa peningkatan yield obligasi AS ini merefleksikan ekspektasi terhadap anggaran negara yang mungkin tetap ekspansif di bawah kepemimpinan Trump.
“Kenaikan yield US Treasury ini mencerminkan prediksi bahwa anggaran negara AS mungkin tetap bersifat ekspansif,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada 13 November 2024.
Namun demikian, Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa Trump memiliki rencana untuk memangkas belanja negara sebesar US$ 1 triliun dalam jangka waktu sepuluh tahun, yang setara dengan pengurangan anggaran sekitar US$ 100 miliar per tahun.
Langkah ini bisa menjadi upaya untuk meredakan dampak negatif dari kebijakan fiskal yang lebih ekspansif.
Meski demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan ekspansi belanja yang diusung Trump kemungkinan akan tetap mendominasi.
Selain itu, Trump juga berpotensi meneruskan kebijakan pemotongan pajak korporasi, yang bisa berimplikasi pada tekanan terhadap mata uang negara berkembang dan menarik aliran modal keluar dari pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor lebih memilih menempatkan dana mereka di AS.
Komentar