Prospek Kebijakan Ekonomi Prabowo: Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industrialisasi

Ia melihat untuk tumbuh di atas 8% itu sangat berat bagi Indonesia, karena memiliki hambatan ekonomi yang boros modal. Untuk tumbuh tinggi tentunya membutuhkan investasi, tetapi ICOR Indonesia cenderung bertumbuh yaitu 6,5. Tingginya ICOR disebabkan oleh investasi yang tidak efisien, perekonomiannya dengan biaya tinggi, korupsi, ketidakpastian regulasi, markup,  dan perencanaan yang buruk.

“Harapan untuk pemerintah mendatang idealnya fokus pada kualitas pertumbuhan bukan pada kecepatan di mana tidak menjadikan 8% pertumbuhan sebagai dogma, dorong industrialisasi dengan membantu para pelaku industri manufaktur karena mereka adalah the real hero, perbaiki kualitas perencanaan dengan tidak terburu-buru karena tragedi IKN dan kereta cepat KCIC adalah contoh nyata dan selalu gunakan mata hati di mana rakyat mendambakan pemerintahan dan pemimpin yang berpihak pada rakyat.” Ujarnya.

Eisha M. Rachbini, Direktur Program Indef melihat bahwa ada 8 Asta Cita Prabowo yang hendak dicapai selama 2024-2029, dimana industri tetap diarahkan untuk meningkatkan nilai ekonomi nasional melalui proses hilirisasi. “Hilirisasi sebetulnya jika dilihat pada academic paper di jurnal-jurnal internasional masih sedikit sekali, atau kurang dipakai untuk melihat perubahan ekonomi satu negara dari berbasis komoditas menjadi negara industri berbasi peran manufaktur yang tinggi. Istilah Industrialisasi lebih banyak dipakai untuk mengukur satu negara yang masuk ke negara maju Jerman, Jepang dan Amerika” tuturnya.

Eisha memaparkan bahwa Indonesia pernah mencapai beberapa poin penting industrialisasi saat orde baru. Rata-rata pertumbuhan 8% pernah dicapai pada 1989 hingga 1996 di mana pertumbuhan dapat mencapai 8-9 % dalam satu tahunnya. “Jika melihat era 1989-1996 sebagai pelajaran, terlihat bahwa pertumbuhan industri manufaktur terus meningkat. Pada 1989 dari 19% terus meningkat menjadi 25%, industri manufaktur menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi saat itu” kata Eisha.

“Sayangnya, pada dekade terakhir, kontribusi sektor industri terus menurun. Bahkan pada 2023 tumbuh hanya 18%. Hal itu salah satu titik cukup rendah dibandingkan prestasi di tahun 80-an. Seolah-olah kembali terjadi deindustrialisasi dini” terangnya.

Dengan economy complexity yang tinggi menurut Eisha, hal itu menunjukkan Indonesia akan mampu memproduksi dengan baik, nilai tambahnya tinggi, berkualitas dengan high tech, sehingga bisa memberikan produktivitas dan memiliki inovasi dan keterampilan tinggi.

“Hingga hal itu kemudian bisa menaikkan daya siang ekspor. Pada gilirannya akan menumbuhkan ekonomi dan mendorong penggunaan emisi, menyediakan lapangan kerja, menurunkan pengangguran dan mengurangi kemiskinan.” Pungkasnya.

Komentar