Seperti India dan China, Ekonomi Indonesia Pernah Tumbuh hingga 8%

JurnalPatroliNews – Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa Indonesia akan kesulitan untuk keluar dari status negara berpendapatan menengah atau middle income trap jika tidak mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya ke angka 7%-8%. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stagnan di sekitar 5%.

Dalam acara The International Seminar and Growth Academy ASEAN yang diadakan di Gedung Dhanapala, Jakarta, pada Senin (23/9/2024), Sri Mulyani menekankan bahwa pengalaman negara-negara yang berhasil keluar dari middle income trap sangat terbatas. Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1990-an, hanya 34 negara yang berhasil meninggalkan status tersebut, sementara 108 negara masih terjebak.

“Negara-negara dengan pendapatan tinggi umumnya mencapai status tersebut berkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” jelasnya.

Sri Mulyani mengingatkan bahwa Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi antara 7% hingga 8% pada era 1990-an, khususnya di masa pemerintahan Presiden Soeharto antara 1989 dan 1996, di mana pertumbuhan rata-rata mencapai 8%.

“Selama 50 tahun terakhir, pertumbuhan tertinggi yang pernah kita capai adalah di era 1990-an, mirip dengan apa yang kini dicapai India. Itulah sebabnya banyak orang mengagumi India sekarang, seperti halnya China selama dua dekade terakhir,” tuturnya.

Namun, ia menekankan bahwa tren pertumbuhan yang tinggi itu tidak bertahan lama di Indonesia. Sejak awal 2000-an, ekonomi Indonesia stagnan dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 5%, yang menghambat negara ini untuk keluar dari middle income trap.

“Dalam konteks saat ini, dengan ancaman perubahan iklim, tantangan dari teknologi digital, konflik geopolitik, dan ketidakpastian ekonomi akibat inflasi di negara maju, bagaimana kita bisa mencapai pertumbuhan 6% atau bahkan 7%?” tanya Sri Mulyani.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa kunci untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah melalui reformasi struktural yang lebih efektif. Pembangunan modal manusia dan infrastruktur perlu dilakukan dengan cara yang lebih detail dan mudah diimplementasikan.

“Ini juga berfokus pada peningkatan daya saing industri hilirisasi di Indonesia. Reformasi struktural adalah langkah krusial untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah,” pungkasnya.

Komentar