Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan model bisnis agregasi bukan hanya dapat menciptakan ekonomi baru, namun juga untuk mengembangkan dan menjaga warisan budaya Indonesia.
Lebih lanjut Wientor menambahkan, FGD Outlook Ekonomi Lontar 2024 ini akan diselenggarakan pada 27 Juni 2024 di Kupang.
Diskusi dalam pertemuan tersebut untuk merumuskan tindakan aplikatif terkait skema kemitraan solutif pengadaan bahan baku lontar, program inkubasi UMKM bahan baku lontar, riset dan teknologi, kemitraan pembiayaan dan logistik, serta pemutakhiran database kegiatan ekonomi produktif UMKM yang memanfaatkan komoditas lontar sebagai bahan baku.
Sementara itu Co Founder, Chief of Community & Partnership Officer Du Anyam Hanna Keraf mengatakan, potensi pasar ekspor sangat besar terutama untuk produk-produk yang terbuat dari serat alam yang mayoritas diproduksi oleh negara-negara di Asia. Di tahun 2025, pendapatan komunitas dampingan di NTT diperkirakan meningkat 2 kali lipat dari pendapatan periode 2023-2024.
“Besaran (potensi) tersebut untuk perempuan penganyam, penyedia bahan baku, dan vendor transportasi. Namun salah satu kendala terbesar berkaitan bahan baku, data dan riset pengembangan/budidaya lontar, rantai pasok, dan ekosistem produksi yang belum teroptimalisasi. Inilah yang ingin kita tackle solusinya di FGD ini,” ujar Hanna Keraf.
Diharapkan pelaksanaan rapat lintas sektor dan FGD akan menjadi jembatan komunikasi beberapa pihak termasuk pemerintah dari desa, kecamatan hingga kabupaten, BI NTT, Kadin NTT, SMESCO Indonesia, Koalisi Ekonomi Membumi, serta offtaker dalam hal ini Du Anyam dan komunitas yang mereka dampingi.
Komentar