Sri Mulyani: G7 Desak RI Keluarkan Rusia dari G20 di Tengah Krisis Ukraina

JurnalPatroliNews – Jakarta – Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan mengungkapkan adanya tekanan yang semakin besar terkait perpecahan ekonomi dan geopolitik global. Ia mengaku sempat didesak oleh negara-negara maju untuk mengeluarkan Rusia dari G20 saat Indonesia memegang presidensi pada tahun 2022.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa negara-negara maju yang tergabung dalam G7 memintanya untuk mengeluarkan Rusia dari pertemuan G20, terkait dengan pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina pada Februari 2022.

“Mulai bulan Februari tiba-tiba pecah perang Ukraina. Waktu itu kelompok G7 bilang Sri Mulyani you have to expel Rusia dari G20,” ucap Sri Mulyani dalam acara Seminar Nasional Jesuit Indonesia di Jakarta, Kamis (30/5/2024).

Namun, Sri Mulyani menolak permintaan tersebut. Ia menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen menjaga keutuhan G20 dan meminta negara-negara maju dalam G7 untuk fokus pada kelompok mereka sendiri.

“Not under Indonesia presidency, we are G20, like it or not G20 it’s not going to be G19 and then become G17 and then G11. And then you G7 had already have a group, just grouping among your self,” tegasnya.

Menghadapi tekanan fragmentasi dan pengucilan negara tertentu bukanlah hal yang mudah bagi Sri Mulyani, karena fenomena ini terjadi di banyak forum internasional. Proteksionisme, individualisme, dan pengucilan semakin mendominasi di tingkat global.

“Di dalam semua fora internasional blocking yang disebut tadi proteksionism, makin mengucilkan, dan inward looking menjadi sangat kentara. Dan dalam suasana di mana global world fragmented yang paling dirugikan adalah selalu kelompok paling rentan dan miskin,” ucap Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga memprediksi bahwa ekonomi global cenderung stagnan. Ia mengutip proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari IMF untuk tahun 2024 yang sebesar 3,2%, sama dengan pertumbuhan tahun 2023.

“Ini akan stagnan dari tahun lalu. Lembaga lain seperti OECD bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia di bawah level yang diprediksi IMF alias 2,9%, sedangkan Bank Dunia lebih rendah lagi,” paparnya saat konferensi pers APBN edisi April, Jumat (26/4/2024).

Komentar