Sri Mulyani Kenang Upaya Penyelamatan Krisis Finansial Asia

JurnalPatroliNews – Jakarta – Sri Mulyani, Menteri Keuangan mengenang upaya besar penyelamatan dari krisis finansial terbesar di Asia melalui akun Instagramnya, @smindrawati, pada Jumat (17/5/2024).

Dalam unggahannya, Sri Mulyani membagikan kisah terbentuknya Inisiatif Chiang Mai di kota Chiang Mai, Thailand, yang terjadi 24 tahun lalu pada Mei 2000. Pada masa itu, kawasan ASEAN dan Asia Timur sedang mengalami kehancuran akibat krisis ekonomi dan keuangan yang melanda pada 1998, khususnya di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia.

“Di kota Chiang Mai – 24 tahun lalu dalam pertemuan tahunan Asia Development Bank – kelompok 10 negara ASEAN bertemu dengan 3 negara partner utama (Jepang, RRT – termasuk Hong Kong, dan Korea Selatan) menjadi ASEAN plus 3 menyepakati inisiatif pengaturan pertukaran (swap) antar mata uang ASEAN plus 3 oleh Bank Sentral untuk saling membantu terutama pada saat suatu negara menghadapi krisis (keuangan/mata uang),” ujarnya.

Dari inisiatif tersebut, lahirlah Chiang Mai Initiative (CMI) yang kemudian berkembang menjadi Multilateralisasi Inisiatif Chiang Mai (CMIM) dengan dana yang terkumpul mencapai USD 120 miliar pada 2010 dan meningkat menjadi USD 240 miliar pada 2012.

Kini, 24 tahun kemudian, Sri Mulyani menyatakan bahwa para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 kembali bertemu. Mereka mendiskusikan pembentukan fasilitas Rapid Financing Facility (RFF), reformasi CMIM, dan penguatan AMRO.

“Fasilitas RFF adalah fasilitas keuangan dalam CMIM yang menyediakan likuiditas kepada negara ASEAN+3 dalam mata uang US Dollar, Renminbi (RMB), dan Japanese Yen (JPY), sebagai jaring pengaman keuangan tambahan menghadapi resiko global yang makin tinggi dan kompleks. RFF ini merupakan inisiatif Indonesia dan Jepang pada tahun 2023,” tulis Sri Mulyani di laman Instagram miliknya.

Sebagai informasi tambahan, penguatan CMIM telah didorong sejak ASEAN diketuai oleh Indonesia tahun lalu. Sri Mulyani menegaskan bahwa ASEAN+3 (ASEAN beserta Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok) akan memperbarui pedoman CMIM. Penguatan ini memungkinkan anggota untuk memberikan dukungan likuiditas dalam mata uang domestik mereka sendiri serta mata uang lokal anggota lainnya.

Komentar