Tak Hanya Andalkan Perbankan, UMKM Didorong Manfaatkan IPO Sebagai Alternatif Pendanaan

Dalam menghadapi kondisi tersebut, KemenKopUKM tengah memperkuat basis ekonomi unggulan di masing-masing daerah melalui Rumah Produksi Bersama (RPB). RPB sambung Temmy, meningkatkan pendapatan pelaku UMKM dan koperasi melalui hilirisasi berbasis komoditas unggulan lokal.

“Mendekatkan pelaku UMKM dengan inovasi teknologi melalui Pembangunan pabrik pengolahan skala menengah yang dikelola oleh koperasi. Serta memperkuat ekosistem bisnis dan kemitraan antara UMKM, koperasi dan Usaha Besar,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawasa Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengamini, saat ini kondisi global memang tak baik-baik saja. Adanya disrupsi teknologi mendorong pelaku usaha untuk menciptakan sistem bisnis berbasis teknologi yang lebih efisien, fleksibel, dan berkelanjutan.

“Ditambah industri perbankan masih menerapkan suku bunga tinggi, sehingga menjadikan pasar modal solusi paling feasible bagi UMKM memperoleh pendanaan jangka panjang, serta memperkuat struktur permodalan usaha,” ujarnya.

Ada sejumlah manfaat yang akan diperoleh UMKM ketika melakukan IPO. Inarno menjabarkan, pertama, UMKM memperoleh sumber pembiayaan baru jangka panjang. Kedua, meningkatkan value perusaahan serta tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG), meningkatkan loyalitas dan stakeholder perusahaan.

Ketiga, adanya insentif-insentif pajak perusahaan dengan mendapat potongan PPh sebesar 5 persen. KemenKopUKM juga memberikan insentif bagi 10 terbaik perusahaan yang akan IPO.

Dengan pertimbangan tersebut, OJK bekerja sama dengan KemenKopUKM mengelar sosialisasi pasar modal sebagai sumber pendanaan di daerah, salah satunya di Makassar.

“Dari berbagai kebijakan yang disiapkan OJK, serta melihat kondisi pasar yang cukup diminati di pasar domestik, pelaku UMKM diharapkan bisa memanfaatkan pasar modal mengingat besarnya manfaat yang diperoleh,” tuturnya.

Selain itu, secara nasional Securities Crowdfunding (SCF) yang menjadi salah satu alternatif pendanaan sebelum IPO, telah dilakukan oleh 17 penyelenggara yang mendapatkan izin dari OJK. Terdapat juga sebanyak 570 penerbit, 158.000 pemodal, dan total dana yang diperoleh dari SCF menembus Rp1,14 triliun.

Lalu hingga 30 Juli 2024, jumlah investor di pasar modal juga naik 9,50 persen atau mencapai 13,32 juta dibanding akhir tahun 2023.

“Melihat pasar modal dan indikator tersebut, memberikan gambaran bahwa pasar modal Indonesia masih menjadi sarana penghimpunan dana yang kredible, mendukung, dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis,” ucapnya.

Komentar