JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8% pada tahun 2029. Namun, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa pencapaian angka tersebut bukan hal yang mudah, mengingat berbagai tantangan yang harus dihadapi.
“Ketidakpastian yang muncul akibat dinamika geopolitik dan geoekonomi global menjadi hambatan signifikan. Lonjakan inflasi, gangguan pada rantai pasokan, serta kebijakan ekonomi proteksionis yang diterapkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat turut memperumit situasi,” kata Rachmat dalam acara Public Lecturing: Moving Towards 8% Growth for Indonesia, Senin (17/2/2025).
Sebagai bagian dari upaya mencari solusi, Bappenas mengundang ekonom terkemuka sekaligus mantan menteri Venezuela, Ricardo Hausmann, untuk berbagi wawasan mengenai strategi percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju angka 8%.
Sebelumnya, Hausmann pernah memberikan kuliah umum di Indonesia pada 2017, di mana ia membahas metode diagnostik pertumbuhan guna mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat laju ekonomi nasional. Studi yang dilakukannya mengungkapkan bahwa peraturan dan kelembagaan menjadi kendala utama yang menyebabkan stagnasi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir.
Hausmann juga menyoroti bahwa banyak negara berkembang mampu melakukan transformasi ekonomi dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya. Ia mencontohkan bagaimana Israel yang dulunya terkenal sebagai eksportir jeruk, kini menjadi pusat ekspor perusahaan teknologi tinggi melalui IPO. Begitu pula dengan Turki, yang sebelumnya mengandalkan ekspor minyak zaitun, kini telah beralih menjadi pemain besar dalam industri otomotif dan elektronik.
Dengan berbagai tantangan yang ada, Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk memastikan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan dan mencapai target ambisiusnya pada 2029.
Komentar