Lesunya Ekspor Batu Bara ke China, ESDM Angkat Bicara soal Aturan HBA

JurnalPatroliNews – Jakarta – Penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China dalam beberapa waktu terakhir menjadi sorotan, terlebih sejak pemerintah memberlakukan penggunaan Harga Batu Bara Acuan (HBA) sebagai standar resmi transaksi ekspor mulai Maret 2025. Kondisi ini mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melakukan pengawasan lebih ketat.

Tri Winarno, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara di Kementerian ESDM, membenarkan bahwa ekspor sempat mengalami perlambatan. Namun, ia menekankan bahwa kebijakan HBA bukanlah satu-satunya penyebab. Menurutnya, situasi pasar global yang tengah dibanjiri pasokan turut memengaruhi kinerja ekspor.

“Kondisinya memang pasar sedang kelebihan suplai. Jadi bukan murni soal aturan HBA. Nantinya tetap akan kita evaluasi terus,” ujar Tri saat ditemui di Gedung ESDM pada Jumat (25/4/2025).

Perubahan aturan HBA ini memang menuai tanggapan beragam dari pasar internasional, khususnya Tiongkok sebagai pembeli utama batu bara Indonesia. Sejak 1 Maret 2025, pemerintah mengharuskan semua ekspor batu bara mengacu pada HBA, yang sebelumnya hanya digunakan sebagai dasar perhitungan royalti. Tujuannya adalah agar nilai transaksi batu bara, baik di dalam negeri maupun luar negeri, lebih terkendali secara nasional.

Namun implementasinya tidak berjalan mulus. Banyak importir China dikabarkan menolak menggunakan skema harga HBA karena dianggap kurang transparan dan tidak sering diperbarui. Bahkan, dua pelaku perdagangan batu bara di China yang dikutip oleh Reuters menyebut HBA cenderung lebih mahal dibanding harga yang biasa digunakan sebelumnya, yakni Indeks Batu Bara Indonesia (ICI).

Akibatnya, walau hampir dua bulan telah berlalu sejak kebijakan baru ini diberlakukan, sebagian besar pengiriman batu bara ke China masih memakai sistem harga lama berbasis ICI. Penolakan dari pihak pembeli ini tentu menjadi tantangan baru bagi Indonesia dalam upayanya meningkatkan pendapatan dari komoditas ekspor andalan tersebut.

Langkah evaluasi menyeluruh oleh ESDM pun menjadi krusial, guna menyesuaikan strategi dengan dinamika pasar dan menghindari potensi penurunan permintaan jangka panjang dari negara mitra utama seperti China.

Komentar