JurnalPatroliNews – Jakarta – Selama satu dekade menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan salah satu tugas terberat yang ia hadapi. Tantangan tersebut adalah mendorong perusahaan-perusahaan tambang untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).
Jokowi mengutarakan hal ini dalam acara peresmian produksi perdana katoda tembaga dari smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur.
“Saya ingat pekerjaan yang berat dan melelahkan selama saya menjabat sebagai Presiden 10 tahun ini, adalah mengajak perusahaan tambang untuk bangun smelter. Pekerjaan sangat berat. saya ingat sampai di 2017, kita bernegosiasi saya dengan pak Richard (Richard Adkerson-Mantan CEO Freeport McMoran) untuk sepakat membangun smelter di Gresik ini,” ungkap Presiden Jokowi, dikutip Rabu (25/9/2024).
Presiden Jokowi menambahkan, kesepakatan untuk membangun smelter ini tidak datang dengan mudah, melainkan melalui proses negosiasi yang cukup panjang. Hal ini wajar mengingat investasi yang diperlukan untuk proyek ini sangat besar, yaitu mencapai Rp 56 triliun.
“Jumlahnya bukan sedikit. Perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan dan menghitung keuntungan dari pembangunan smelter ini,” tambah Jokowi.
Sebagai informasi, smelter milik PT Freeport Indonesia di Gresik ini adalah smelter tembaga dan emas terbesar di dunia dengan kapasitas pemurnian 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Jika digabungkan dengan smelter pertama yang sudah beroperasi, yakni PT Smelting, kedua fasilitas ini akan mampu memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga setiap tahunnya. Produksinya mencakup sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 220 ton perak setiap tahun. Nilai investasi untuk smelter PT Freeport Indonesia ini mencapai sekitar US$ 3,7 miliar atau setara Rp 58 triliun.
Komentar