Aktivis LGBT Peru Unjuk Rasa, Protes Respons Pemerintah soal Ventosilla Tewas di Bali

Manriquez menyebut pernyataan pemerintah Peru itu bias karena mengadopsi posisi pemerintah Indonesia. Pemerintah Peru juga dikritik karena tidak menuntut penyelidikan lebih lanjut atas kematian Ventosilla.

“Pernyataan itu tidak memiliki rasa empati karena tidak mengakui bahwa seorang warga Peru tewas di tangan polisi dari negara lain,” sebut Manriquez dalam pernyataannya.

“Bahkan jika Anda ditahan di negara lain, sangat tidak nyata dan menyakitkan bahwa pemerintah Peru bisa meninggalkan Anda seperti ini,” ucap aktivis Peru lainnya, Arturo Davila, yang juga anggota Diversidades Trans Masculinas, organisasi hak-hak transgender yang didirikan Ventosilla di Peru tujuh tahun lalu.

Pengacara keluarga Ventossila, Brenda Alvarez, menuturkan kepada wartawan pada Jumat (26/8) bahwa Kementerian Luar Negeri Peru telah setuju untuk meminta maaf atas pernyataan sebelumnya dan meluncurkan penyelidikan. Namun pihak Kementerian Luar Negeri Peru belum bisa dimintai komentar secara langsung.

Alvarez menambahkan tidak diketahui pasti kapan jenazah Ventosilla akan tiba di Lima.

Pihak Polda Bali dalam pernyataannya, seperti dikutip dari detikBali, menyebut Ventosilla diamankan oleh petugas bea cukai di Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai setelah petugas menemukan barang terlarang jenis ganja. WN Peru itu kemudian diserahkan ke Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Bali.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto membantah tuduhan penyiksaan terhadap tahanan narkoba WN Peru itu. “Itu tidak benar, nggak ada penganiayaannya,” ungkap Satake Bayu.

Komentar