Alami Kontraksi Cukup Dalam, BPS : Triwulan II Hanya Tujuh Sektor Usaha Yang Positif

JurnalPatroliNews-Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 mengalami kontraksi cukup dalam. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada triwulan tersebut minus 5,32 persen year-on-year  (YoY).

Kepala BPS, Suhariyanto memaparkan, pandemi Covid-19 telah menimbulkan goncangan ekonomi yang mengarah pada resesi global. Berbagai kebijakan yang dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 pada akhirnya menurunkan tingkat konsumsi dan investasi. Kondisi ini pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II-2020.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 secara YoY terkontraksi sebesar 5,32 persen. Sementara bila dibandingkan dengan triwulan I-2020 atau q-to-q juga terkontraksi 4,19 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2020 dibandingkan semester I-2019 terkontraksi 1,26 persen,” kata Suhariyanto, di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Dari 17 sektor lapangan usaha, Suhariyanto menyampaikan secara YoY hanya ada tujuh sektor yang masih tumbuh, yaitu pertanian 2,19 persen, jasa keuangan 1,03 persen, jasa pendidikan 1,21 persen, real estate 2,30 persen, jasa kesehatan 3,71 persen, pengadaan air 4,56 persen, serta informasi dan komunikasi 10,88 persen. Namun dari tujuh sektor ini, enam sektor mengalami pertumbuhan melambat, kecuali sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh signifikan. Sementara itu yang mengalami kontraksi paling dalam sektor transportasi dan pergudangan sebesar 30,84 persen.

Suhariyanto memaparkan, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia juga terkontraksi akibat adanya pembatasan aktivitas untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Bahkan beberapa negara sudah mengalami resesi ekonomi antara lain Amerika Serikat -9,5 persen, Singapura -12,6 persen, Korea Selatan -2,9 persen, Hong Kong -9,0 persen, dan Uni Eropa -14,4 persen.

Sedangkan Tiongkok yang menjadi mitra dagang utama Indonesia pada triwulan II-2020 masih bisa tumbuh positif 3,2 persen setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi hingga -6,8 persen.(lk/*)

Komentar