JurnalPatroliNews – Jakarta – Ketegangan kembali memuncak di Yerusalem Timur setelah ribuan pemukim Israel, termasuk seorang anggota parlemen sayap kanan, melakukan aksi masuk paksa ke kompleks Masjid Al-Aqsa pada Kamis, 17 April 2025.
Insiden ini bertepatan dengan hari kelima perayaan Paskah Yahudi dan memicu keprihatinan global atas pelanggaran berulang terhadap status quo situs suci.
Zvi Sukkot, legislator dari Partai Zionisme Religius yang dikenal keras dalam sikapnya, terlihat ikut serta dalam aksi tersebut. Ia bahkan melakukan gerakan ibadah di kawasan kompleks yang menjadi titik sensitif bagi umat Islam — sebuah tindakan yang dinilai sangat provokatif.
Dalam keterangan resmi dari otoritas Yerusalem Timur, disebutkan bahwa para pemukim tidak hanya memasuki halaman Masjid Al-Aqsa, tapi juga mendatangi pemakaman kuno Bab Al-Rahma — salah satu situs bersejarah penting dalam tradisi Islam, tempat peristirahatan sejumlah sahabat Nabi Muhammad SAW.
“Kompleks Al-Aqsa dan area Bab Al-Rahma diserbu oleh ribuan pemukim ilegal yang melakukan ritual Talmud di tempat suci berusia lebih dari 1.400 tahun,” ungkap kantor Gubernur Yerusalem Timur, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Sukkot mendapat dukungan terbuka dari atasannya, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang memuji aksi tersebut. “Saya bangga melihat anggota Knesset seperti Zvi Sukkot, bersama ribuan lainnya, berdoa di Temple Mount,” ucap Ben-Gvir, merujuk pada sebutan Yahudi untuk area Al-Aqsa.
Masjid Al-Aqsa sendiri merupakan situs paling sakral ketiga dalam Islam, setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Namun, kelompok Yahudi Ortodoks mengklaim kawasan itu sebagai lokasi Kuil Sulaiman yang dahulu pernah berdiri.
Sejak 2003, pemerintah Israel menerapkan kebijakan yang memungkinkan warga Yahudi masuk ke area kompleks Al-Aqsa, meski dilarang beribadah di sana. Namun, realitas di lapangan menunjukkan sering kali terjadi pelanggaran terhadap ketentuan ini, memicu protes dari umat Islam dan komunitas internasional.
Yerusalem Timur — termasuk Masjid Al-Aqsa — telah berada di bawah pendudukan Israel sejak perang tahun 1967. Israel kemudian secara sepihak mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari ibu kota mereka, namun langkah ini tak pernah diakui secara resmi oleh dunia internasional.
Aksi terbaru ini menambah daftar panjang insiden yang berisiko memanaskan kembali konflik antara Israel dan Palestina, khususnya terkait kendali atas situs-situs suci yang menjadi simbol penting bagi dua agama besar dunia.
Komentar