Antonius Nggewaka, Anak Penjual Sayur Kelahiran Kimaam – Merauke Raih Gelar Doktor Antropologi

Jurnalpatrolinews – Merauke, Antonius Nggewaka, putra kelahiran Kampung Bamol, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke-Papua, berhasil meraih gelar akademik tingkat doktoral di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, setelah dikukuhkan dalam sidang terbuka promosi doktor pada 28 Agustus 2020.

Antonius Nggewakan mengambil disertasi ‘Dimensi Fungsional Upacara Ndambu pada Masyarakat Malind Suku Kima-Ghima’ yang dipresentasikan di Aula Profesor Syukur Abdullah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas Makassar.

Antonius meraih gelar doktor Antropologi di usia sangat muda, yakni 33 tahun, dan ini menjadi prestasi sangat membanggakan. Selain karena sulit dan bukan perkara  mudah, lantaran memerlukan  kesabaran, keuletan, kedisiplinan, serta  tekad kemauan kuat hingga biaya ratusan juta rupiah.

Dari rilis yang diterima, Minggu (6/9/2020), Antonius mengisahkan ia adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Orangtuanya, Hubertus Parotuwu, adalah seorang pelukis. Sedangkan ibunya, Klementina Makrahudu,  seorang pedagang sayur di Pasar Wamanggu- Merauke.

“Kemauan adalah pintu, jalan, dan tiket meraih keberhasilan dalam hidup. Pendidikan adalah jembatan yang dapat mengubah nasib dan takdir hidup keluarga dan masyarakat Papua umumnya di masa kini dan masa depan,” ungkap pria kelahiran Bamol 3 Mei 1987 itu.

Bagi Antonius, keterbatasan ekonomi terbukti hanyalah mitos untuk tak bisa sukses dalam pendidikan.

“Saya berhasil mematahkan banyak asumsi, opini, dan pandangan keliru dari berbagai kalangan maupun generasi muda Papua bahwa keterbatasan ekonomi sejatinya bukanlah penghalang utama meraih prestasi,” tegas dia.

Dibalik kemiskinan, menurutnya, justru harus menjadi motivasi, inspirasi, dan kreativitas mencari solusi untuk meraih kesuksesan.

“Saya bisa membuktikan diri sebagai anak kampung dari Bamol-Kimaam yang unggul mengembangkan potensi diri hingga sukses menggondol puncak tertinggi gelar akademik tingkat doktoral di Universitas Hasanuddin Makassar,” katanya.

“Selama kuliah di Unhas Makassar, saya selalu bergaul dengan siapa saja, tidak terbatas  dengan sesama teman mahasiswa Papua, juga aktif di organisasi. Dengan pergaulan luas,  kita memiliki banyak relasi serta sahabat dari berbagai kalangan sesama mahasiswa hingga para dosen,” ungkapnya.

Dia kembali mengatakan pendidikan merupakan aspek dan komponen paling vital bagi suatu negara. Olehnya, ratusan miliar dana pendidikan digelontorkan pemerintah pusat agar dapat menjadi pilar kemajuan serta daya saing bangsa.

“Saya mengakui tak semua anak bangsa dapat menikmati seluruh fasilitas pendidikan yang sudah dijamin konstitusi secara luas, lantaran keterbatasan kemampuan ekonomi. Anak-anak di desa-desa di Papua umumnya hanya mampu bersekolah sampai tingkat SD, SMP, dan SMA,” ujarnya.

Alasan kemiskinan, keterbatasan akses, dan daya dukung biaya membuat banyak anak-anak berhenti bermimpi melanjutkan pendidikan sampai pada tingkat sarjana, magister, dan tingkat doktoral.

Lebih lanjut Antonius menjelaskan sejak menempuh pendidikan di perguruan tinggi (PT), ia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi untuk S-1 dan S-2, serta Antropologi untuk S-3.

“Memilih jurusan yang berbeda dari bidang keilmuan sebelumnya tentu tidak mudah, baik secara teoritis maupun praktis. Selain harus belajar menguasai konsep dasar, juga dituntut mendalaminya secara baik. Namun saya mampu membuktikan bisa belajar lebih cepat serta beradaptasi dengan bidang ilmu baru yakni Antropologi,” katanya.

Intinya, jelas dia, ketekunan, kesabaran, dan kemauan yang keras menjadi kunci untuk berhasil sekaligus menaklukan banyak tantangan selama studi doktoral.

“Saya menganut prinsip, kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak. Jika ada kemauan pasti akan ada jalan. Ini dapat saya buktikan menjadi yang tercepat menyelesaikan pendidikan doktoral Ilmu Antropologi dari teman-teman angkatan tahun 2017,” katanya.

Untuk diketahui, Antonius adalah doktor Antropologi pertama dan termuda di kalangan orang Marind, Kabupaten Merauke.

“Ada harapan besar dari saya untuk generasi muda Papua tidak boleh berhenti bermimpi setinggi langit. Karena setidaknya saat jatuh pun, engkau jatuh di antara bintang-bintang,” ujarnya mengutip kalimat Bung Karno.

Dalam kesempatan itu, Antonius menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pemkab Merauke atas segala dukungan moral dan materi selama menempuh pendidikan doktoralnya.

“Ucapan terima kasih  juga saya sampaikan kepada Universitas Negeri Musamus-Merauke  (Unmus) dan Stisipol Yaleka Maro Merauke yang telah memberi kepercayaan dan menitipkan keyakinan kepada saya bahwa kemajuan, keunggulan, dan daya saing pendidikan tinggi di masa depan sangat ditentukan oleh kualitas (SDM) di Papua, lebih khusus di Kabupaten Merauke serta wilayah adat Ha Anim, Selatan Papua,” ungkapnya.

Salah seorang warga Merauke, Yohanes (35), memberikan apresiasi setinggi-tinginya kepada  Antonius Nggewaka yang mampu menyelesaikan studi doktoralnya dengan cepat di usia relatif sangat muda.

“Tentunya menjadi kebanggaan kita semua di Kabupaten Merauke, karena Antonius, anak Marind dari Kampung Bamol, Distrik Kimaam yang juga dari keluarga kurang mampu, tetapi dapat menyelesaikan studi doktornya dengan baik dan lancar,” katanya.   (jubi)

Komentar