JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah mengevaluasi ulang izin khusus yang selama ini diberikan kepada sejumlah produsen semikonduktor besar dunia, seperti Samsung, SK Hynix, dan TSMC. Langkah ini menjadi bagian dari strategi Washington untuk memperketat akses teknologi canggih ke Tiongkok.
Informasi ini pertama kali diungkap oleh Reuters, berdasarkan sumber-sumber yang memahami dinamika internal pemerintahan AS. Jika benar direalisasikan, pencabutan izin tersebut bisa menjadi pukulan berat bagi industri chip global yang selama ini menggantungkan sebagian produksinya di wilayah China.
Sumber menyebut bahwa pencabutan izin belum menjadi keputusan final, tetapi tengah disiapkan sebagai skenario cadangan jika dialog perdagangan dengan China menemui jalan buntu. Salah satu pejabat Gedung Putih bahkan menyatakan bahwa langkah tersebut tidak sedang diupayakan secara aktif, melainkan hanya dipertimbangkan jika hubungan bilateral AS-China kembali memanas.
“Ini bukan rencana utama saat ini, tapi kami harus punya senjata cadangan jika kesepakatan dagang gagal atau muncul masalah besar lainnya,” ujar pejabat tersebut.
Kabar ini sontak mengguncang pasar saham, terutama di sektor teknologi. Saham-saham perusahaan seperti KLA Corp, Lam Research, dan Applied Materials langsung anjlok pada Jumat (20/6), masing-masing turun antara 1,9% hingga 2,4%. Sebaliknya, saham Micron—rival utama Samsung dan SK Hynix dalam segmen chip memori justru naik 1,5%.
TSMC menolak memberikan komentar, sementara Samsung, SK Hynix, dan beberapa perusahaan peralatan semikonduktor AS belum memberikan tanggapan resmi.
Sebagai latar belakang, pada Oktober 2022, AS mulai memberlakukan aturan ketat terkait ekspor peralatan manufaktur chip ke China. Namun, sejumlah perusahaan asing sempat diberikan kelonggaran dalam bentuk surat otorisasi agar tetap bisa beroperasi dan membeli peralatan buatan AS.
Pada tahun-tahun berikutnya, beberapa dari mereka bahkan diberi status Validated End User (VEU) yang memungkinkan proses ekspor berlangsung lebih cepat dan minim hambatan. Meski demikian, status VEU datang dengan sejumlah syarat, seperti pelarangan penggunaan alat tertentu dan kewajiban melaporkan kegiatan tertentu ke pemerintah AS.
Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan AS mengatakan bahwa meskipun izin dapat dicabut, operasional perusahaan chip asing di China tetap akan dimungkinkan, meski dalam kerangka perizinan baru yang lebih ketat dan seimbang.
“Tujuannya bukan untuk mematikan operasional, tapi memastikan bahwa peraturan berlaku adil dan konsisten bagi semua pelaku industri, khususnya yang berkaitan dengan ekspor teknologi sensitif ke China,” jelasnya.
Sementara itu, pelaku industri menyampaikan kekhawatiran bahwa langkah ini justru bisa menguntungkan produsen lokal di China, yang selama ini tertahan oleh dominasi teknologi Barat.
“Kalau akses perusahaan chip besar ke teknologi AS dibatasi, pemain China bisa mendapat peluang lebih besar,” ungkap salah satu sumber dari industri semikonduktor.
Komentar