Asia Research Centre : Orang Papua Tak Perlu Buktikan Diri Mereka Bukanlah OPM

Jurnalpatrolinews – Jayapura : Ligia Giay dari Asia Research Centre menyatakan orang Papua tidak perlu membuktikan kalau mereka bukan bagian dari Organisasi Papua Merdeka atau OPM. Pernyataan tersebut dikatakan Ligia Giay saat menjadi pembicara dalam diskusi publik dan launching laporan “Duka dari Hatadipa” secara daring, Senin (7/12/2020).

Ligia Giay menyatakan itu untuk menjawab pertanyaan peserta diskusi yang menanyakan apakah seharusnya orang Papua membuktikan, kalau mereka bukan OPM agar ia tidak layak dibunuh karena stigma tersebut.

“Seharusnya tidak. Ini pendapat saya pribadi. Stigma seperatisme ini bagian inheren (berhubungan erat) dengan krisis kemanusiaan di Papua,” kata Ligia Giyai.

Menurutnya, orang Papua tidak memiliki banyak pilihan. Tidak punya cara membuktikan mereka tidak bersalah, seperti apa yang dituduhkan.

“Jadi saya tidak tahu kita dari situ, kita harus ke mana dan destrigmatisasi ini bentuknya seperti apa. Saya belum punya jawaban itu bentuknya seperti apa,” ujarnya.

Sementara itu, pemerhati masalah sosial di Papua, Theodorus Van Den Broek mengatakan berbagai pihak begitu mudah mensitgma orang Papua sebagai separatis.

Mestinya yang dilakukan adalah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Papua. Orang di luar Papua dan pemerintah diharapkan memahami latar belakang setiap persoalan di Papua.

Ketidakpahaman terhadap setiap masalah di Papua menyebabkan, kesalahan dalam penanganan masalah.

“Cukup jelas pada saat masalah rasisme di Surabaya tahun lalu. Kita lihat, bukannya masalah rasisme yang ditangani tapi yang ditangani seperatisme dengan pengiriman pasukan ke Papua,” kata Theodorus Van Den Broek.

Menurutnya, kasus rasisme ini membuktikan jika pemerintah tidak melihat persoalan sebenarnya. Akan tetapi perhatian dipindahkan ke masalah separatisme. Seakan akan orang Papua yang menjadi pelaku rasisme.

Katanya, berbagai pihak begitu mudah dikalahkan atau dipengaruhi kampanye yang diarahkan ke seperatisme. Untuk itu mereka yang perduli terhadap orang Papua, khususnya pihak gereja mesti melawan stigmatisasi ini. Gereja harus berani menjelaskan masalah yang sebenarnya.

“Kita tekankan ke situ dan tidak lari ke satu saja yaitu separatis, yang dijawab penambahan pasukan. Itu tidak akan menyelesaikan masalah,” kata mantan Direktur SKPC Fransiskan Papua ini.   (jubi)

Komentar