BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem Saat Peralihan Musim, Banyak Wilayah Menuju Kemarau

JurnalPatroliNews – Jakarta – Beberapa pekan terakhir, warga di berbagai daerah mengalami kombinasi cuaca yang ekstrem: siang hari terasa sangat panas, namun menjelang sore atau malam, hujan deras tiba-tiba mengguyur. Fenomena ini merupakan karakteristik umum saat peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sabtu (17/5/2025), mengungkapkan bahwa kondisi atmosfer yang tidak stabil selama masa transisi ini menjadi penyebab terbentuknya awan hujan jenis Cumulonimbus (CB). Awan ini kerap memicu cuaca ekstrem, mulai dari hujan lebat, petir, angin kencang, hingga hujan es.

BMKG memperkirakan bahwa sekitar 57,7 persen wilayah Indonesia — setara dengan 403 Zona Musim (ZOM) — akan memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025. Berdasarkan data klimatologi, puncak musim kering diperkirakan terjadi pada bulan Agustus, namun dengan durasi yang lebih pendek dari biasanya di sekitar 298 ZOM atau 43 persen wilayah.

Hujan Lebat Terjadi di Beberapa Wilayah

Dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas tinggi tercatat di sejumlah daerah, antara lain:

  • Kabupaten Jembrana, Bali – 121,4 mm/hari (9 Mei)
  • Kota Tangerang Selatan, Banten – 103,0 mm/hari (10 Mei)
  • Kabupaten Sleman, DIY – 115,3 mm/hari (11 Mei)
  • Kabupaten Merauke, Papua Selatan – 118,0 mm/hari (12 Mei)
  • Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng – 105,7 mm/hari (14 Mei)

Fluktuasi cuaca yang cepat dan tak terduga membuat BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.

Perkiraan Kondisi Atmosfer Sepekan ke Depan

Saat ini, sebagian besar wilayah tanah air masih berada dalam masa pancaroba. Fenomena ini ditandai dengan perbedaan suhu signifikan antara pagi dan siang, yang dapat meningkatkan pembentukan awan hujan di sore hingga malam hari.

Proses pemanasan dari sinar matahari pada siang hari memperkuat pembentukan awan konvektif. Ini menyebabkan hujan dengan karakteristik tidak merata, singkat, tapi bisa sangat lebat disertai petir dan angin kencang di beberapa lokasi.

BMKG juga mencatat adanya pola sirkulasi siklonik yang terbentuk di beberapa wilayah seperti Samudra Hindia barat daya Sumatra, Selat Makassar, dan perairan utara Maluku Utara hingga Papua Barat. Daerah-daerah ini membentuk zona konvergensi yang memanjang di berbagai wilayah laut dan daratan, berpotensi mendatangkan cuaca ekstrem.

Ditambah lagi, aktivitas gelombang atmosfer seperti MJO, gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, dan Low Frequency juga terpantau aktif di beberapa wilayah seperti Laut Cina Selatan, perairan barat Sumatra, wilayah Selatan Jawa, Laut Sawu, hingga Samudra Pasifik utara Papua.

Prakiraan Cuaca 16–22 Mei 2025

Periode 16–18 Mei 2025:
Cuaca umumnya berawan dan hujan ringan, namun beberapa wilayah perlu waspada terhadap hujan lebat dan angin kencang, seperti:

  • Hujan lebat: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan.
  • Angin kencang: Bali, NTB, NTT, dan Maluku.

Periode 19–22 Mei 2025:
Sebagian besar wilayah tetap berawan atau mengalami hujan ringan. Namun, potensi angin kencang meningkat di wilayah:

  • Hujan lebat: Kalimantan Timur, Papua Tengah, Papua Selatan.
  • Angin kencang: Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Maluku.

Imbauan BMKG

Melihat dinamika cuaca yang terus berubah, BMKG mengingatkan masyarakat untuk rutin memantau informasi prakiraan cuaca. Selain itu, menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat menjadi kunci untuk mengurangi dampak buruk dari cuaca ekstrem, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Komentar