Masalahnya, hingga saat ini, panas Bumi dinilai masih kalah dengan PLTU Batubara, karena masalah tarif, atau harga listrik yang ditawarkan pembangkit Batubara lebih murah daripada panas Bumi.
“Panas Bumi tidak bisa Compete dengan PLTU (saat harga batu bara di bawah US$ 100 per ton). Pemerintah/PLN menghendaki tarif = biaya pokok produksi (BPP), di situ keekonomian panas Bumi tidak masuk,” jelasnya.
Diketahui, PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Di wilayah tersebut, telah terbangkitkan listrik panas Bumi sebesar 1877 MW, yang terdiri atas 672 MW yang dioperasikan sendiri (Own Operation) oleh PGE, dan 1205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).
Untuk Kapasitas yang terpasang panas Bumi di wilayah kerja PGE, berkontribusi sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan Potensi Emission Avoidance CO2, sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahunnya.
Komentar