JurnalParoliNews – Taipei – Pemerintah Taiwan melaporkan peningkatan signifikan aktivitas militer oleh China di wilayah sekitarnya. Sepanjang Mei 2025, dua kapal induk milik Beijing beserta puluhan kapal militer lainnya terlihat beroperasi di perairan utara dan selatan Taiwan, memperkuat tekanan terhadap pulau yang memiliki sistem pemerintahan demokratis tersebut.
Seorang sumber dari badan keamanan Taiwan, yang enggan diungkap identitasnya, menyebut kepada AFP bahwa sekitar 70 unit kapal, termasuk armada Angkatan Laut China, melakukan manuver di wilayah perairan yang membentang dari Laut Kuning hingga Laut China Selatan selama periode 1 hingga 27 Mei 2025.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi Beijing untuk terus menegaskan klaim kedaulatan atas Taiwan, yang hingga kini masih menolak berada di bawah kendali pemerintah pusat China. Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas patroli udara dan laut oleh militer China di sekitar Taiwan pun meningkat tajam.
Ancaman Militer dan Zona Abu-abu
Pejabat keamanan Taiwan itu menyampaikan bahwa Tiongkok kerap menggunakan pendekatan tekanan militer bertahap yang dikenal sebagai taktik zona abu-abu. Strategi ini mencakup pengerahan besar-besaran kekuatan laut dan udara, yang bertujuan melemahkan stabilitas Taiwan tanpa harus memicu konflik terbuka.
“Setiap harinya, kami memantau sekitar 50 hingga 70 kapal perang serta kapal pemerintah China yang beroperasi di sekitar wilayah kami,” ujarnya. “Selain itu, ratusan aktivitas penerbangan militer mendadak dilakukan secara intensif untuk mengganggu wilayah udara kami.”
Bayang-bayang Ancaman Invasi
Beijing, yang secara konsisten menyatakan bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayahnya, belum pernah menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer sebagai opsi terakhir untuk menguasai pulau tersebut. Sikap ini menciptakan kekhawatiran permanen akan potensi invasi mendadak terhadap Taiwan.
Sementara itu, pemerintah Taiwan terus memperkuat kewaspadaan dan mempertahankan haknya untuk menentukan nasib sendiri. Upaya China ini dipandang sebagai tekanan sistematis terhadap demokrasi dan kedaulatan Taiwan, yang semakin menjadi perhatian komunitas internasional.
Komentar