Drama Terbuka Trump vs Musk: Dari Bromance ke Perang Terbuka di Panggung Dunia

JurnalPatroliNews – Jakarta – Hubungan erat antara Donald Trump dan Elon Musk yang selama ini kerap disebut “bromance” akhirnya runtuh secara dramatis di hadapan publik internasional. Pertikaian keduanya terjadi secara langsung dan terbuka, menjelma menjadi tontonan politik dan bisnis yang memukau dunia.

Dalam pidato kenegaraan di Kantor Oval yang disiarkan secara luas, Presiden AS Donald Trump menyampaikan kekecewaan mendalam atas kritik Musk terhadap rancangan undang-undang pengeluaran negara. Tak hanya berhenti di situ, Trump juga mengancam akan memutus berbagai kontrak bernilai miliaran dolar yang selama ini dimiliki Musk lewat perusahaannya.

Tak tinggal diam, Elon Musk menanggapi dengan keras melalui platform media sosial miliknya, X. Dalam pernyataan bernada tajam, ia menyebut Partai Republik mustahil menang di pemilu 2024 tanpa dirinya, dan menuduh Trump tak tahu balas budi.

Ketegangan semakin memanas ketika Musk menyeret nama Trump ke dalam dokumen kontroversial terkait Jeffrey Epstein pemodal yang tewas di penjara sebelum sempat disidang atas kasus pelecehan seksual. Tuduhan ini membuat publik geger.

Dampak dari perselisihan ini tak main-main. Saham Tesla merosot hingga 15 persen, dan nilai pasar perusahaan anjlok lebih dari 100 miliar dolar AS hanya dalam semalam.

Konflik ini mencuat setelah seorang jurnalis menanyakan pendapat Trump soal pernyataan Musk yang menyebut rancangan anggaran pemerintah sebagai “menjijikkan.” Dalam nada geram, Trump mengklaim telah banyak membantu Musk sebelumnya.

“Saya kecewa berat. Hubungan kami baik, tapi sekarang saya tak yakin akan berlanjut,” kata Trump, yang kala itu sedang menyambut Kanselir Jerman Friedrich Merz.

Ironisnya, hanya beberapa hari sebelumnya Trump menggelar acara perpisahan mewah untuk Musk, yang baru saja mengakhiri masa jabatannya sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) posisi strategis yang diberikan langsung oleh Trump.

Tak tinggal diam, Elon Musk membalas dengan menyebut tuduhan Trump sebagai kebohongan. Ia juga menyinggung kontribusinya sebesar 300 juta dolar dalam kampanye Trump 2024, yang ia klaim jadi kunci kemenangan Partai Republik.

“Tanpa saya, mereka akan kalah. DPR dikuasai Demokrat, dan Senat hanya 51-49,” tulis Musk di X.

Ia bahkan mengunggah polling tentang kemungkinan membentuk partai politik baru—sebuah langkah yang bisa mengguncang dominasi dua partai besar di Amerika. Meski begitu, Musk tak bisa mencalonkan diri sebagai presiden karena bukan warga negara kelahiran AS.

Trump menanggapi dengan menggandakan serangan. Ia mengancam akan menghentikan kontrak peluncuran roket dan layanan satelit Starlink yang dijalankan oleh Musk, yang nilai totalnya diperkirakan mencapai 18 miliar dolar AS.

“Dia makin tak stabil. Solusi menghemat miliaran dari anggaran? Hentikan subsidi dan kontrak dengan Elon,” tulis Trump di Truth Social.

Penunjukan Musk sebagai pimpinan DOGE sempat jadi sorotan karena banyak pihak menilai keputusan itu kontroversial. Dalam jabatan singkatnya selama empat bulan, Musk memangkas puluhan ribu pegawai dan memangkas bantuan luar negeri AS.

Kini, perseteruan keduanya jadi tontonan publik, memunculkan tanda tanya besar akankah ini jadi akhir hubungan politik dan bisnis dua tokoh paling berpengaruh di Amerika?

Komentar