JurnalPatroliNews – Jakarta – Tak ada Oktober ceria untuk perekonomian Indonesia tahun ini. Indonesia malah mendapatkan dua kabar buruk sekaligus di awal Oktober 2024. Dua kabar buruk itu adalah amblesnya Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa data IHK untuk September 2024 menunjukkan penurunan di bawah ekspektasi konsensus. Secara tahunan, IHK mengalami inflasi sebesar 1,84% pada Agustus 2024, yang lebih rendah dibandingkan 2,12% pada bulan sebelumnya. Secara bulanan, terjadi deflasi sebesar 0,12%.
“Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,12% pada September 2024,” ungkap Amalia Adininggar Widyasanti, Pelaksana Tugas Kepala BPS, dalam konferensi pers pada Selasa (1/10/2024). Deflasi ini lebih signifikan dibandingkan bulan Agustus dan menjadi deflasi kelima sepanjang tahun ini.
Konsensus dari 11 institusi memperkirakan IHK September stagnan di 0,035% dibandingkan bulan sebelumnya, yang mengalami deflasi 0,03%. IHK tahunan juga diperkirakan melandai menjadi 1,98%.
Deflasi Lima Bulan Beruntun: Sebuah Anomali
Deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut adalah sebuah fenomena langka, pertama kali terjadi sejak 1999. Penurunan harga-harga dalam lima bulan terakhir menandakan pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. Pada 1999, Indonesia mengalami deflasi dalam delapan bulan berturut-turut akibat krisis ekonomi.
Data September 2024 menunjukkan bahwa makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama deflasi. Secara historis, Indonesia lebih sering mengalami inflasi ketimbang deflasi, sehingga kondisi ini cukup mencolok.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar, mengingat deflasi yang berkepanjangan hanya terjadi dua kali dalam 45 tahun terakhir, yakni pada 1999 dan tahun ini.
Komentar