Dua Pekan Jelang Akhir Masa Jabatan, Jokowi Dihantam 2 Kabar Buruk

Jokowi dan Bahaya Inflasi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berulang kali mengingatkan tentang risiko inflasi, yang meningkat pada 2022 hingga 2023. Namun, saat ini Indonesia justru menghadapi situasi deflasi, dan Jokowi belum memberikan komentar terkait fenomena ini.

Ekonom dari Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menyatakan bahwa penurunan harga makanan yang tidak stabil menjadi penyebab utama deflasi selama lima tahun terakhir. Deflasi yang terjadi antara Mei dan Agustus 2024 juga mencerminkan turunnya harga barang yang fluktuatif.

PMI Manufaktur Mengalami Kontraksi

Sementara itu, PMI Manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut, yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), dan September (49,2). Poin PMI Agustus adalah yang terendah sejak Agustus 2021, yang memicu kekhawatiran karena sektor manufaktur merupakan kontributor utama ekonomi dan penyerap tenaga kerja.

Josua Pardede, Chief Economist Bank Permata, mencatat bahwa deflasi pada Agustus bertepatan dengan penurunan harga pangan akibat peningkatan produksi. Namun, kondisi ini juga menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat.

S&P Global melaporkan bahwa output dan pesanan baru dalam industri manufaktur Indonesia menurun dengan tajam. Beberapa perusahaan juga mulai mengurangi tenaga kerja meskipun hanya secara marginal. Penurunan dalam sektor ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir kuartal ketiga 2024.

Ekonom Senior dari Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal, menekankan bahwa dukungan kebijakan sangat penting untuk menstabilkan sektor manufaktur. Ia memperkirakan permintaan industri akan melemah sepanjang tahun depan, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,9% untuk tahun ini.

Komentar