GeMOI: Semua Menteri Kabinet Merah Putih Wajib Paham Ekonomi Sirkular

Kedua, mengharuskan adanya pemahaman yang komprehensif mengenai model ekonomi sirkular yang bertumpu pada ekonomi rakyat. Platform yang membantu rakyat terorganisir secara otomatis, model keuangan yang mendukung, serta penerapan prinsip-prinsip penyelamatan bumi (back to nature). Faktanya, hutan di Indonesia masih dikuasai oleh segelintir oligarki sehingga tidak memenuhi syarat untuk ekonomi sirkular tadi. Keuangan dari perdagangan karbon bertujuan untuk membentuk model ekonomi sirkular, di mana peran pemerintah harus menyesuaikan persyaratan tersebut.

Ketiga, berbagai model transaksi internet dengan perkembangan pesat platform di pasar menuntut kompetisi yang sangat ketat. Inovasi model bisnis yang bisa menarik pengguna karena manfaat konkret sangat diperlukan. Termasuk pemerintah, jika ingin masuk ke arena ini, wajib mengikuti kompetisi tersebut. Jika pemerintah hanya menarik pajak, maka pasti tidak akan laku. Rakyat akan memilih platform lain yang memberikan manfaat. Di sinilah istilah “The death of Government” sering muncul. Komitmen untuk mengatur ulang model ekonomi akan digaungkan.

 “Contoh gampangnya, bank-bank BUMN harus bersaing dengan bank digital yang tidak punya ribuan kantor cabang atau ribuan pegawai di cabang-cabang tersebut, sehingga bank digital memberikan yield lebih baik dalam aneka produknya. Mampukah para menteri Kabinet Merah Putih untuk merumuskan poin ketiga yang disampaikan Hashim itu, sedang diuji,” ungkapnya.

Pada tahap awal ini, Kabinet yang super gemuk ini ternyata memang disengaja untuk dua tujuan:

1. Berterima kasih kepada mitra mitra politik pendukung.

2. Memberi kesempatan untuk para menteri ditonton rakyat mana yang benar benar memberi manfaat pada rakyat nanti akan ketahuan dengan cetho welo welo.

“Kita beri kesempatan kepada mereka. Kalau menurut Mas Hashim, sekitar enam bulan maksimal. GeMOI Centre memantau dari sisi rakyat apa saja yang dikerjakan para menteri tersebut dan akan disampaikan,” pungkas Justiani.

Komentar