Emas Melesat Tak Terkendali! Investor Panik Borong Safe Haven

JurnalPatroliNews – Jakarta – Harga emas dunia kembali mencatatkan lonjakan signifikan pada pekan ini, di tengah meningkatnya kekhawatiran global atas ketgangan dagang dan pelemahan mata uang dolar AS. Sentimen pasar berubah drastis setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan ancaman tarif tinggi terhadap sejumlah mitra dagang utama, termasuk Uni Eropa.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/5/2025), harga emas tercatat melonjak 1,91% ke posisi US$ 3.356,99 per troy ons. Ini menjadi level penutupan tertinggi dalam hampir dua pekan terakhir, sekaligus menandai kembalinya harga emas ke atas level psikologis US$ 3.300.

Secara mingguan, emas mencatatkan penguatan sebesar 4,83%, membalikkan kerugian 3,67% pada pekan sebelumnya. Kenaikan tajam ini sekaligus menjadi yang tertinggi sejak pertengahan April 2025.

Lonjakan harga emas terjadi seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap sikap agresif Presiden Trump dalam 24 jam terakhir. Selain mengumumkan rencana pengenaan tarif 50% atas impor dari Uni Eropa yang akan berlaku mulai 1 Juni, Trump juga menargetkan perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, serta melontarkan kritik terhadap institusi pendidikan bergengsi seperti Harvard.

“Pasar saham tertekan akibat manuver Trump, dan hal itu memberikan dorongan besar bagi emas sebagai aset lindung nilai,” ujar Tai Wong, analis logam independen dilansir dari Reuters. Ia menilai tekanan terhadap pasar keuangan, terlebih menjelang libur panjang, bisa menjadi bahan bakar tambahan untuk kenaikan harga logam mulia.

Tidak hanya sentimen geopolitik, pelemahan dolar AS turut memperkuat posisi emas di pasar global. Indeks dolar anjlok ke level 99,19 ke titik terendah sejak akhir April 2025. Melemahnya dolar membuat harga emas yang dibanderol dalam mata uang tersebut menjadi lebih murah bagi investor luar negeri, sehingga permintaan cenderung meningkat.

Pelemahan dolar kali ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal AS. DPR yang dikuasai Partai Republik baru saja meloloskan RUU pajak dan pengeluaran besar-besaran, yang diperkirakan akan menambah triliunan dolar pada beban utang negara.

Dalam situasi yang tidak menentu ini, investor global cenderung mengalihkan aset mereka ke instrumen yang dianggap lebih aman, seperti emas. Menurut Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures, potensi kenaikan harga emas masih terbuka lebar.

“Jika level US$ 3.500 berhasil ditembus, bukan tidak mungkin kita akan melihat emas menuju US$ 3.800 dalam waktu dekat,” ujarnya optimistis.

Komentar