Harga Minyak Dunia Terancam Tembus 110 Dolar AS Jika Selat Hormuz Ditutup Akibat Ketegangan Iran-Israel

JurnalPatroliNews – Konflik yang terus memanas antara Iran dan Israel dapat membawa dampak besar terhadap pasar energi global. Salah satu skenario terburuk yang tengah diantisipasi adalah penutupan Selat Hormuz jalur vital pengiriman minyak dunia yang bisa mendorong harga minyak mentah melonjak hingga mencapai 110 dolar AS per barel.

Prediksi ini muncul berdasarkan simulasi gangguan pengiriman, di mana sekitar 50 persen pasokan minyak yang biasanya melintasi Selat Hormuz terganggu selama sebulan, dan berlanjut dengan pengurangan sekitar 10 persen selama hampir setahun berikutnya.

Pada Senin, 23 Juni 2025, harga minyak mencatatkan lonjakan tertinggi sejak Januari setelah Amerika Serikat terlibat langsung dalam penyerangan terhadap fasilitas nuklir Iran, mendampingi Israel. Serangan ini meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi blokade jalur pelayaran strategis tersebut.

Lembaga keuangan global Goldman Sachs, mengutip data dari Polymarket, menyebut ada kemungkinan sebesar 52 persen bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz dalam tahun ini. Mengingat lebih dari seperlima konsumsi minyak dunia melewati kawasan tersebut, implikasinya terhadap kestabilan harga energi global sangat signifikan.

“Meski arah perkembangan situasi di Timur Tengah masih belum jelas, kami percaya bahwa insentif ekonomi global termasuk dari Amerika Serikat dan Tiongkok akan sangat besar untuk mencegah gangguan jangka panjang di Selat Hormuz,” ujar Goldman Sachs dalam pernyataannya yang dikutip oleh Reuters.

Di sisi lain, HSBC juga mengamati tekanan naik terhadap harga minyak, seiring dengan potensi balasan dari Iran terhadap serangan militer AS. Namun, jika konflik dapat diredam, mereka memperkirakan harga minyak jenis Brent justru akan turun di akhir tahun.

Menurut analis HSBC, harga Brent diperkirakan turun ke 67 dolar AS per barel pada kuartal kedua dan ketiga, bahkan bisa jatuh ke 65 dolar AS pada kuartal keempat. Kendati demikian, mereka tetap menyatakan bahwa risiko lonjakan harga tetap ada jika ketegangan di kawasan meningkat tajam.

Dengan latar belakang geopolitik yang semakin kompleks, dunia kini menanti apakah jalur penting energi global ini akan tetap terbuka atau justru menjadi pemicu lonjakan harga minyak yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Komentar