Gaji Selangit di Tengah Krisis? 14 Pegawai Baru Garuda Indonesia Picu Polemik!

JurnalPatroliNews – Jakarta – Dunia maya tengah dihebohkan oleh unggahan yang mengungkap daftar 14 pegawai baru yang direkrut oleh maskapai Garuda Indonesia. Ke-14 orang tersebut diketahui merupakan mantan pegawai dari Lion Air Group. Yang menjadi sorotan utama adalah besarnya gaji yang mereka terima, berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 117 juta.

Rekrutmen ini menimbulkan reaksi keras dari internal perusahaan. Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda Indonesia, yang terdiri dari Asosiasi Pilot Garuda (APG), Serikat Karyawan Garuda Indonesia (SEKARGA), dan Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI), menyatakan penolakan terhadap keputusan tersebut. Mereka bahkan telah mengirimkan surat protes kepada Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, pada 5 Maret lalu, dengan tuntutan agar 14 pegawai baru tersebut dinonaktifkan.

Dugaan Rekrutmen Tidak Transparan

Sebelum menjabat sebagai Dirut Garuda Indonesia pada November 2024, Wamildan Tsani Panjaitan sendiri pernah menduduki posisi Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Lion Air. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa perekrutan mantan pegawai Lion Air di Garuda Indonesia bukan sekadar kebutuhan perusahaan, melainkan terkait kepentingan tertentu.

“Kami telah menyampaikan keberatan kepada Bapak Wamildan Tsani Panjaitan terkait rekrutmen mantan pegawai Lion Air Group dan meminta agar 14 orang tersebut dinonaktifkan. Namun, hingga kini belum ada tanggapan resmi,” ujar Presiden APG, Capt. Ruli Wijaya, dalam keterangan tertulis.

Lantaran tak kunjung mendapat jawaban, serikat karyawan pun meminta perhatian dari Presiden RI Prabowo Subianto dan Menteri BUMN Erick Thohir untuk menyelesaikan polemik ini.

“Kami berharap Presiden dan Menteri BUMN dapat memberikan solusi agar kepercayaan masyarakat dan investor terhadap Garuda Indonesia bisa kembali pulih, serta stabilitas internal perusahaan tetap terjaga,” tambah Ruli.

Dampak Rekrutmen Terhadap Internal Garuda

Menurut Ruli, rekrutmen ini dilakukan tanpa transparansi dan lebih bernuansa politis dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan. Ia menekankan bahwa Garuda Indonesia sudah memiliki sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, loyal, dan berintegritas. Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan konsultan rekrutmen profesional dalam proses perekrutan.

“Kebijakan ini menimbulkan keresahan di kalangan karyawan Garuda Indonesia yang saat ini tengah berupaya menjaga produktivitas dan keberlangsungan perusahaan. Perekrutan ini menciptakan kesenjangan antara pegawai baru tersebut dengan karyawan internal, karena tidak sesuai dengan aturan jenjang karir perusahaan,” jelasnya.

Komentar