IHSG Terhenti, Prabowo Didesak Segera Reshuffle Kabinet

JurnalPatroliNews – Jakarta – Situasi pasar keuangan Indonesia mendadak berguncang. Pada Selasa, 8 April 2025, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dihentikan sementara akibat kejatuhan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penurunan ekstrem ini membuat para analis dan pelaku pasar menyoroti koordinasi sektor ekonomi pemerintahan Prabowo Subianto.

IHSG anjlok hingga 598 poin atau setara dengan 9,19%, membawa indeks ke posisi 5.912. Peristiwa ini terjadi tak lama setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif impor baru sebesar 32% terhadap barang-barang dari Indonesia—sebuah kebijakan yang langsung menekan kepercayaan pasar terhadap prospek ekspor nasional.

Namun, faktor eksternal bukan satu-satunya penyebab. Ketidaksolidan kabinet ekonomi Presiden Prabowo disebut turut memperburuk keadaan. Muhammad Sutisna, pengamat politik dan pendiri Forum Intelektual Muda, menyuarakan keprihatinannya.

Menurut Sutisna, kondisi ini menuntut langkah cepat dan tegas dari Presiden—salah satunya dengan merombak kabinet, khususnya menteri-menteri yang berkutat di sektor ekonomi.

Sorotan Tajam ke Menteri Ekonomi

Sutisna, lulusan Universitas Indonesia, menyebut beberapa nama yang patut dievaluasi:

  • Rosan Perkasa Roeslani (Menteri Investasi & Kepala BKPM),
  • Budi Santoso (Menteri Perdagangan),
  • Agus Gumiwang (Menteri Perindustrian),
  • dan Bahlil Lahadalia (Menteri ESDM).

Ia menilai adanya tumpang tindih peran di jabatan menteri tertentu—terutama pada Menteri Investasi yang juga mengepalai Danantara—membingungkan investor karena berperan ganda sebagai pembuat kebijakan dan pelaksana proyek. Menurutnya, hal ini melanggar prinsip tata kelola pemerintahan yang bersih.

Sementara itu, kinerja perdagangan dinilai lemah karena belum ada pengendalian harga yang signifikan di tengah menurunnya daya beli. Sektor industri pun tak luput dari kritik, karena semakin banyak perusahaan manufaktur tutup, memicu gelombang PHK massal.

Figur Alternatif dan Harapan Baru

Sutisna menyebut bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin teknokrat yang punya koneksi internasional serta kemampuan diplomatik untuk menarik kembali investor asing. Ia mencontohkan Harvick Hasnul Qolbi, eks Wakil Menteri Pertanian era Jokowi, sebagai figur yang cocok untuk mengisi pos strategis dalam kabinet ekonomi.

“Reshuffle bukan sekadar wacana. Ini adalah kebutuhan mendesak demi menyelamatkan legitimasi pemerintahan dan menstabilkan kepercayaan pasar,” tegas Sutisna.

Gejolak Pasar Tak Bisa Diabaikan

Penurunan IHSG pasca libur Lebaran memang mencerminkan kombinasi tekanan global dan masalah domestik. Selain IHSG, indeks LQ45 juga mencatat pelemahan tajam hingga 11,31% atau setara dengan 83 poin—sinyal kuat bahwa para investor sedang dalam mode siaga.

Kini, bola panas ada di tangan Presiden Prabowo. Langkah strategis seperti reshuffle kabinet bisa menjadi sinyal positif bagi publik dan pasar, sekaligus menunjukkan bahwa pemerintah hadir merespons krisis dengan serius dan terukur.

Komentar