JurnalPatroliNews – Jakarta.,- Pada perdagangan Jumat (21/6/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka dengan melemah menjadi Rp16.440, turun 0,09% berdasarkan data dari Refinitiv.
Kondisi ini merupakan level terendah sejak pandemi Covid-19 empat tahun lalu, menunjukkan tantangan yang dihadapi mata uang Indonesia di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, yang akrab disapa Zulhas, menanggapi pelemahan ini dengan menggarisbawahi bahwa dalam sektor perdagangan, tidak selalu semua pihak merasakan dampak negatif. “Saat rupiah melemah, eksportir biasanya mendapat keuntungan lebih, meskipun importir mungkin merasa tertekan,” ujarnya di Purwakarta, Jawa Barat.
Zulhas menekankan pentingnya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk mengurangi ketidakpastian di pasar. Meskipun optimis bahwa nilai tukar akan terkendali di masa mendatang, ia mengakui bahwa situasi saat ini masih menunjukkan kelemahan. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa kondisi saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga memberikan komentar serupa, menyatakan bahwa pemerintah tetap waspada terhadap pergerakan mata uang.
Dalam konteks penguatan dolar AS yang didukung oleh membaiknya kondisi ekonomi Amerika, Airlangga menekankan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap nilai tukar rupiah.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah fokus pada pemantauan dan intervensi yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, dengan Bank Indonesia (BI) memiliki peran sentral dalam menjaga kestabilan tersebut. Airlangga menegaskan bahwa BI akan terus memonitor dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan otoritasnya.
Dengan demikian, meskipun nilai tukar rupiah saat ini menghadapi tekanan, komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitasnya serta respons positif dari sektor ekspor menunjukkan adanya harapan untuk memitigasi dampak negatif yang mungkin timbul akibat pelemahan tersebut.
Komentar