Nasib Impor Beras Saat Dolar AS Tembus Rp16.400, Ini Kata Bos Bulog!

JurnalPatroliNews – Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Rabu (26/6/2024) dan berlanjut hingga Kamis (27/6/2024). Berdasarkan data dari Refinitiv, nilai dolar AS mencapai Rp 16.420 hanya dalam dua menit sejak perdagangan dibuka.

Bagaimana nasib impor beras dalam kondisi ini?

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan bahwa Bulog telah melakukan uji stres (stress test) untuk menghadapi berbagai situasi buruk, termasuk penguatan dolar seperti yang terjadi saat ini.

“Bulog sudah melakukan stress test dengan kondisi penguatan dolar,” ujar Bayu kepada CNBC Indonesia, Kamis (27/6/2024).

Meski dalam situasi nilai tukar rupiah yang tertekan oleh dolar AS, Bulog tetap mampu membiayai impor komoditas pangan, khususnya beras. Namun, biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk penyaluran beras dipastikan akan meningkat.

“Dari sisi importasi, Bulog masih bisa membiayai. Namun pada saat penyaluran beras sesuai program pemerintah, biayanya akan naik,” jelasnya.

Bayu juga menyatakan bahwa Bulog berharap bisa mengelola pembelian jangka panjang dalam kegiatan importasi. Sayangnya, hal ini belum dapat direalisasikan karena masih menunggu kebijakan pemerintah terkait.

“Untuk kegiatan importasi, Bulog sangat berharap bisa melakukan pengelolaan pembelian jangka panjang. Namun, itu belum dapat dilakukan karena menunggu kebijakan pemerintah, seperti apakah stok masih perlu dijaga, apakah program penyaluran masih ada, dan lain sebagainya,” ungkap Bayu.

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperkirakan impor beras tahun ini bisa melebihi 5 juta ton.

Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy, menyatakan bahwa hingga akhir tahun nanti, stok beras nasional diperkirakan mencapai 9,66 juta ton. Angka ini dapat tercapai jika ekspektasi produksi beras sebanyak 31,57 juta ton tahun ini terealisasi, ditambah dengan rencana impor beras yang telah disetujui untuk 3,6 juta ton.

“Dan ini jika realisasi impor 5,1 juta ton dapat terealisasi. Juga perkiraan produksi setara beras 31,57 juta ton dapat tercapai. Ini belum memperhitungkan kalau terjadi banjir, kekeringan, dan serangan hama penyakit. Kalau itu terjadi, 31,57 juta ton bisa berkurang,” kata Sarwo Edhy saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2024, Senin (24/6/2024).

Komentar