Ormas Kombatan Peringatkan Politikus Sembrono Jerumuskan PDIP Perjuangan Di Pemilu 2024

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Ormas Nasionalis Kombatan (Komunitas Banteng Asli Nusatara) mengingatkan para politisi PDI Perjuangan yang  terus mendorong sikap arogansi dalam memilih  figur Capres. Jika meleset bisa berakibat fatal, Pilpres bisa kalah dan perolehan suara partai dipastikan jeblok di Pemilu 2024.

“Sangat tragis kalau Pemilu 2024 nanti, PDI Perjuangan sampai  kalah akibat Capres yang dipaksakan. Apalagi, hasil pemilihan legislatif juga rontok  tidak lagi jadi partai pemenang Pemilu,” kata Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Kombatan, Budi Mulyawan,  Selasa (6/12/2022).

Kegagalan PDI Perjuangan di Pemilu 2009, lanjut Budi Mulyawan, hanya dapat 14,03 persen seharus dijadikan sejarah buruk partai. Karena itu,  tidak layak mengandalkan arogansi menang 2 periode Pilpres dan Pileg pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.

“Harus diakui kemenangan PDI Perjuangan dalam dua Pemilu terdahulu tidak bisa dipisahkan dari efek figur Pak Jokowi. Faktanya, saat Bu Mega jadi Capres, perolehan suara partai jeblok jadi nomer tiga setelah Demokrat dan Golkar,” kata Budi Mulyawan, yang akrap disapa Cepi.

Jadi, lanjut Budi Mulyawan, salah besar jika ada yang tak peduli lembaga survei, kemudian memaksa pilih figur Capres ABS (Asal Bunda Senang), yang ujung-ujungnya saat perolehan suara Pilpres dan Pileg kalah, justru lempar batu sembunyi tangan (menyalah-nyalakan orang lain.

Karena itu, menurut Budi Mulyawan, sinyal yang disampaikan kader terbaik PDI Perjuangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menjabat  dua periode, bahwa calon penggantinya berambut putih jangan disia-siakan dan direspon nyinyir.

“Sinyal Pak Jokowi sudah jelas mengarah kepada Ganjar Pranowo. Tentu, sudah mempertimbangan lewat berbagai aspek. Apalagi, semua lembaga survei yang kredibel, rata-rata hasilnya menempatkan Ganjar sebagai Capres  paling disukai rakyat,” tandasnya.

“Jadi, kita ingatkan jangan sekali kali melawan kehendak rakyat jika PDI Perjuangan tak ingin mengulang pengalaman buruk 2009 yang jeblok,” tegas Budi.

Komentar