Paus Fransiskus Dimakamkan: Dunia Memberikan Penghormatan Terakhir

JurnalPatroliNews – Para pemimpin dunia, termasuk presiden, perdana menteri, hingga ribuan umat Katolik dari berbagai negara, berkumpul pada Sabtu (27/4/2025) di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dalam Misa pemakaman.

Paus Fransiskus, yang menjadi pemimpin pertama Gereja Katolik dari luar benua Eropa dalam hampir 1.300 tahun, wafat pada Senin lalu di usia 88 tahun akibat serangan stroke. Kepergiannya mengawali masa transisi penting bagi 1,4 miliar penganut Katolik, ditandai dengan ritual tradisional, prosesi megah, dan masa berkabung resmi.

Selama tiga hari sebelum pemakaman, sekitar 250.000 orang telah memberikan penghormatan dengan melewati peti jenazah beliau yang disemayamkan di depan altar Basilika Santo Petrus yang bersejarah. Pagi ini, peti tersebut akan diusung melalui pintu utama menuju lapangan untuk upacara pemakaman yang dimulai pukul 10.00 waktu setempat (15.00 WIB).

Lebih dari 150 delegasi negara hadir, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump — yang sempat berseberangan pendapat dengan Paus dalam isu imigrasi — serta presiden dari Argentina, Prancis, Gabon, Jerman, Italia, Filipina, Polandia, dan Ukraina. Perdana Menteri Inggris dan Selandia Baru, beserta sejumlah bangsawan Eropa, juga turut memberikan penghormatan.

Vatikan memperkirakan sekitar seperempat juta orang akan memenuhi lapangan luas di depan basilika untuk mengikuti Misa yang akan dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, prelatus senior Italia berusia 91 tahun.

Selama 12 tahun memimpin, Paus Fransiskus dikenal memperjuangkan pembaruan di dalam Gereja Katolik, membela kaum miskin dan marginal, serta mendorong negara-negara makmur untuk bertanggung jawab atas krisis migrasi dan perubahan iklim.

“Fransiskus meninggalkan warisan kemanusiaan, kesucian hidup, serta kepemimpinan lintas bangsa,” demikian ringkasan resmi yang ditulis dalam bahasa Latin dan ditempatkan di samping jenazahnya.

Namun, meski banyak menuai pujian, langkah-langkah reformasi beliau seringkali menghadapi resistensi dari kelompok konservatif. Seruannya untuk mengatasi konflik global, ketimpangan ekonomi, dan kapitalisme berlebihan pun kerap tidak menghasilkan perubahan besar.

Dimakamkan di Luar Vatikan

Berbeda dengan para pendahulunya, Paus Fransiskus memilih prosesi pemakaman yang lebih sederhana. Ia secara pribadi mengubah tata acara yang biasanya berlangsung panjang. Jika pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada 2005 memakan waktu tiga jam, upacara untuk Paus Fransiskus diperkirakan hanya berlangsung sekitar 90 menit.

Tak hanya itu, ia juga meninggalkan tradisi penggunaan tiga lapisan peti mati. Paus Fransiskus akan dimakamkan hanya dengan satu peti kayu berlapis seng, yang telah disegel semalam sebelum pemakaman.

Beliau akan menjadi paus pertama dalam lebih dari seratus tahun yang dimakamkan di luar Vatikan, tepatnya di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, sekitar 4 kilometer dari Basilika Santo Petrus. Makam beliau akan diberi tanda sederhana: hanya nama Latin “Franciscus” dan sebuah salib kecil di atas batu marmer putih.

Setelah upacara, jenazah akan diarak melintasi kota Roma, memberikan kesempatan bagi warga setempat untuk memberikan penghormatan terakhir. Demi menjaga keamanan, Italia telah menutup wilayah udara Roma dan memperketat pengamanan dengan rudal pertahanan udara dan kapal patroli, menjadikan ini salah satu operasi pengamanan terbesar sejak pemakaman Paus Yohanes Paulus II.

Setelah upacara duka ini, perhatian dunia akan beralih pada tahapan berikutnya: pemilihan Paus baru. Konklaf rahasia diperkirakan akan dimulai paling cepat 6 Mei 2025, memberikan waktu bagi para kardinal untuk mengadakan pertemuan pendahuluan membahas arah masa depan Gereja Katolik, yang kini dihadapkan pada tantangan keuangan dan perpecahan internal.

Komentar