JurnalPatroliNews – Jakarta – Desakan agar Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet menguat, terutama setelah Hasan Nasbi mengundurkan diri dari posisinya sebagai Juru Bicara Presiden.
Selain itu, situasi ekonomi dalam negeri yang makin rapuh menjadi alasan utama perlunya evaluasi menyeluruh terhadap jajaran menteri.
Muhammad Sutisna, analis politik dan pendiri Forum Intelektual Muda, menilai bahwa sebagian pejabat yang ditunjuk Prabowo belum menunjukkan performa maksimal. Menurutnya, lemahnya kepemimpinan di pos-pos vital secara langsung berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
“Ketika kondisi ekonomi terguncang, dampaknya bisa terlihat dari naiknya angka pengangguran, meningkatnya PHK, hingga makin sempitnya peluang kerja,” kata Sutisna, Kamis, 1 Mei 2025.
Ia menyoroti pengunduran diri Hasan Nasbi yang mengakui kegagalannya sebagai juru bicara. Meski dianggap sebagai tindakan jujur, hal ini menurut Sutisna bisa menimbulkan pertanyaan publik terhadap ketepatan Presiden dalam memilih pejabat.
“Selama ini publik mengenal Prabowo sebagai pemimpin yang mengedepankan kualitas dan rekam jejak. Maka ketika pejabatnya mundur dengan alasan tidak mampu, itu menjadi tamparan tersendiri,” ujarnya.
Sutisna juga mengkritik kebijakan ekonomi, terutama keputusan membuka impor besar-besaran dari Tiongkok. Ia menilai langkah Menteri Perdagangan Budi Santoso memperparah tekanan pada industri lokal. Ia mencontohkan kebangkrutan PT Sritex sebagai dampak nyata kebijakan tersebut.
“Regulasi seperti Permendag 8/2024 menjadi simbol kurangnya keberpihakan terhadap produsen dalam negeri,” katanya. Ia menekankan pentingnya perlindungan terhadap UMKM dan pembatasan produk asing lewat e-commerce seperti Temu yang bisa memukul neraca dagang Indonesia.
Sutisna menyarankan Presiden segera mengevaluasi para menterinya dan mempertimbangkan figur seperti Harvick Hasnul Qolbi, mantan Wamentan, yang dikenal berani menolak impor beras demi melindungi petani lokal.
Lebih jauh, ia menyebut bahwa tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini berasal dari kombinasi tekanan domestik—seperti inflasi, defisit fiskal, dan rendahnya kualitas SDM—serta tekanan global yang turut memperburuk ketidakstabilan nasional.
Komentar