Putin Rencanakan Pembangunan Rudal Baru Dekat Wilayah NATO

JurnalPatroliNews – Jakarta.,- Presiden Rusia Vladimir V. Putin mengumumkan pada hari Jumat bahwa Rusia akan memproduksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah baru. Ia juga akan mempertimbangkan untuk mengerahkannya di dekat negara-negara NATO di Eropa dan sekutu Amerika di Asia.

Dilansir dari The New York Times, ancaman ini diungkapkan secara samar-samar. Putin tidak memberikan rincian mengenai jadwal pengerahan senjata tersebut, namun menyalahkan Amerika Serikat (AS) karena membawa rudal serupa ke dalam latihan di Eropa dan Asia. Putin juga mengisyaratkan bahwa ia terbuka untuk negosiasi.

Pengumuman ini datang pada waktu yang penting, menjelang pemilu besar di Inggris dan Prancis, serta peringatan 75 tahun KTT NATO di Washington pada 9 Juli mendatang. Pengumuman ini juga merupakan langkah terbaru Putin dalam meningkatkan ketegangan dengan Barat, setelah kunjungannya ke Korea Utara yang mengguncang AS dan sekutunya di Asia.

Pada tahun 2019, AS menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) tahun 1987 pada masa pemerintahan Trump, setelah bertahun-tahun menuduh Rusia melanggar perjanjian tersebut.

Perjanjian INF melarang kedua negara memiliki rudal jelajah atau balistik berbasis darat dengan jangkauan antara 300 hingga 3.400 mil. Ini menandai berakhirnya era pengendalian senjata nuklir tradisional yang dinegosiasikan di Washington dan Moskow. Kini hanya satu perjanjian yang tersisa: New START, yang membatasi jumlah senjata antarbenua dan akan berakhir pada Februari 2026.

Putin bisa saja mengumumkan rencana ini kapan saja dalam lima tahun terakhir, namun ia memilih melakukannya sekarang. Sementara itu, Pentagon telah mengerahkan beberapa senjata modifikasi di Asia untuk menghadapi kekuatan nuklir Tiongkok yang semakin meningkat, namun belum ada senjata yang dipindahkan secara permanen ke Eropa.

Dalam pidato singkat yang disiarkan televisi pada konferensi video dengan pejabat keamanan nasional pada hari Jumat, Putin merujuk pada latihan militer di Denmark dan menyatakan kemungkinan AS sedang bersiap meninggalkan senjata di sana. “Kita perlu menanggapi hal ini dan memutuskan langkah selanjutnya,” katanya.

Putin juga bereaksi terhadap tindakan AS baru-baru ini di Ukraina, setelah Presiden Biden mencabut larangan Ukraina untuk menembakkan senjata yang dipasok Amerika ke wilayah Rusia.

Meski Biden membatasi penggunaannya di sekitar Kharkiv, tempat Rusia menembakkan senjata, Putin menegaskan akan ada tanggapan.

Selama Perang Dingin, rudal semacam ini menjadi bagian penting dari kekuatan Soviet. Pada awal 1990-an, AS menghapus semua rudal jelajah nuklir dan rudal balistik jarak menengah dari Eropa, sementara Soviet menghilangkan rudal SS-20 mereka.

Namun satu dekade lalu, Putin mengerahkan rudal Iskander ke Kaliningrad, yang menurut pemerintahan Obama melanggar perjanjian INF. Meski begitu, Presiden Obama memilih untuk tetap dalam perjanjian, namun Presiden Trump kemudian menarik diri.

Pentagon telah merencanakan penempatan senjata di Pasifik yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF, namun latihan militer biasanya melibatkan senjata tiruan.

Ancaman Putin untuk memproduksi lebih banyak rudal berkemampuan nuklir adalah upaya terbaru untuk mendapatkan pengaruh dalam perangnya melawan Ukraina, dengan memanfaatkan kekuatan dan jangkauan persenjataan nuklir Rusia.

Komentar