Spirit Gotong Royong G20

JurnalPatroliNews – Jakarta – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kompas TV melakukan kolaborasi dalam menyelenggarakan rangkaian Seminar Pancasila 2022. Rangkaian ini dimulai dengan seminar “Semangat Pancasila untuk Dunia”, dimana mengangkat tema “Relevansi Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB tahun 1960: To Build the World A New”. Seminar ini sendiri diadakan di Studio 1 Kompas TV pada hari selasa (12/07/2022). Acara ini akan disiarkan secara on-air oleh Kompas TV pada tanggal 17 Juli 2022.

Acara seminar ini dibuka oleh Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, yang menekankan bahwa Pancasila berpotensi menjadi kekuatan sendiri yang mampu membuat Indonesia menjadi contoh bagi negara-negara di dunia.

“Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai ideologi perdamaian dunia. Salah satu kekuatan Pancasila itu ada di konsep gotong royong yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan,” ujarnya.

Yudian juga menyertakan bagaimana implementasi semangat Soekarno ini dalam rangkaian kegiatan G20, yang dimana Indonesia kerap mendapat pujian dari berbagai negara di dunia.

“Hal ini menunjukkan Pancasila sebagai dasar negara memiliki kemampuan menjaga stabilitas Indonesia di tengah perubahan dunia,” tuturnya.

Dalam seminar “Semangat Pancasila untuk Dunia” ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, antara lain Gubernur Lemhanas Republik Indonesia Andi Widjajanto, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala, sejarawan Bonnie Triyana, dan aktris Tissa Biani, yang mewakili generasi muda. Acara ini juga dihadari secara hybrid, oleh Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno, Sekretaris Dewan Penagrah BPIP Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo, serta jajaran pimpinan di lingkungan BPIP, sekaligus 300 peserta dari berbagai universitas di Indonesia.

Dalam paparannya, Andi Widjajanto menjelaskan kontek yang disampaikan Bung Karno pada pidato tahun 1960 di Sidang PBB, New York, tersebut.

“Pertama, Bung Karno menegaskan komitmen Indonesia memperjuangkan kemerdekaan semua bangsa dengan sikap anti penjajahan dan anti kolonialisme. Kedua, Bung Karno mengungkapkan pentingnya kesetaraan antarnegara sehingga tidak boleh ada pemaksaan untuk berpihak. Oleh karena itu, Pancasila menjadi solusi atas masalah-masalah yang muncul akibat pertarungan geopolitik negara-negara besar,” jelasnya.

Andi pun juga melihat bahwa pidato tersebut sangat relevan dengan situasi terkini, dimana negara-negara, terutama anggota G20, dalam misi untuk melakukan pemulihan bersama akibat pandemi COVID-19.

Dalam kesempatan yag sama, Darmansjah Djumala memberikan dua poin yang diyakini dapat dibawa oleh para diplomat RI dalam agenda G20 tahun ini.

“Pertama, multilateralisme yang berkaitan dengan dialog untuk mengadakan musyawarah dan gotong royong. Kedua, protensi krisis pangan dan rantai pasok global yang memanas, sehingga nilai kemanusiaan sangat berperan besar, sehingga nilai-nilai Pancasila masuk dan mendorong para pemimpin untuk bersatu membahas berbagai permasalahan,” tambahnya.

Bonnie Triyana menjelaskan posisi Indonesia dan Presiden Soekarno sehingga mendapatkan kesempatan menyampaikan pidato pada Sidang PBB tahun 1960 silam.

“Bung Karno tidak hanya mengkritik ideologi yang sedang terjadi antara timur dan barat, tetapi juga menawarkan solusi untuk mendamaikan dunia paska Perang Dunia II. Bung Karno berpendapat Pancasila dapat menjadi landasan, pedoman, dan pendamping manusia untuk menciptakan perdamaian dalam dunia baru yang lebih baik,” katanya.

Tissa Biani memberikan komentar terkait Pancasila dan Bung Karno.

“Bung Karno adalah role model yang memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa anak muda dapat memberikan perubahan besar. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita harus memiliki semangat Pancasila untuk melakukan perubahan,” Tissa menjelaskan.

Penguatan diberikan oleh Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP. Dia menyampaikan harapan terkait kondisi Indonesia di saat G20 berlangsung dan selesai nantinya.

“Saya mengingatkan tentang karakter bangsa di masa depan yang perlu dicatat generasi muda. Pertama, berketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, memiliki tujuan hidup yang berguna bagi pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsanya,” ujarnya.

Sekretaris Dewan Pengarah BPIP juga memberikan penguatan dan harapannya.

“Momen G20 ini menjadi sangat mungkin untuk menjadi ajang menyuarakan kembali dan menyampaikan pidato Bung Karno terkait nilai-nilai positif Pancasila,” ucapnya.

Seminar ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, atau yang akrab disapa sebagai Benny. Puisi ini berjudul FAJAR PERADABAN. Berikut adalah puisinya.

FAJAR PERADABAN
FAJAR PERADABAN DUNIA MENGEMA DALAM
SANUBARI TATA DUNIA BARU TERCIPTA DALAM HENING
DAN KARSA PUTRA SANG FAJAR
GERAK JIWA MERDEKA BERGEMA DALAM SUKMA
DUNIA MENGEMA TATA DUNIA BARU BAGI SEMESTA
PUTRA SANG FAJAR MEMBERI CAHAYA KEGEMBIRAAN,
SUKA, DUKA UMAT MANUSIA
PUTRA SANG FAJAR MEMANTULKAN CAHAYA KEMULIAN
MENERANGI TATA DUNIA INI DENGAN MEROMBAK
TANPA MERUSAK
MEROMBAK EKSISTENSI DUNIA INI
PUTRA SANG FAJAR MEMBERI ARAH AGAR DUNIA INI
MEMILIKI KEADABAN EKOSISTIM EKONOMI GLOBAL
BERKEADILAN
TATA DUNIA BARU MENGACU SPIRIT GOTONG ROYONG
TIDAK LAGI DOMINASI NEGARA MAJU DAN NEGARA
BERKEMBANGAN
SAAT NYA TATA DUNIA BERDASARKAN NILAI
KEMANUSIAN UNTUK UNIVERSAL
MENYATU DALAM JIWA MERDEKA
SAATNYA, PUTRA SANG FAJAR BERGEMA DALAM TATA
KELOLAH DUNIA BARU
LEWAT GETARAN G20

Komentar